Minggu, 16 November 2008

IL.Nommensen-Apostel Tanah Batak

"..Sungguh pun mula-mula pekerjaannya amat susah dan dia sering ditimpa sengsara dan bahaya, bahkan dalam beberapa kali ia pernah akan dibunuh dengan cara menyembelih dan meracunnya. Alasannya, ia dicurigai sebagai mata-mata "si bottar mata..."

Jakarta
Kutipan di atas adalah tulisan dari Dr H Berkof dan Dr IH Enklaar yang diungkapkan untuk figur seorang Ingwer Ludwig Nommensen. Bottar mata dalam arti harafiah adalah mata putih, sekadar makna simbolik yang sebenarnya ditujukan pada tentara Belanda. Ungkapan kerasnya perjalanan seorang misionaris Jerman Nommensen ketika masuk dalam sebuah peradaban kebudayaan itu lama terpatri. Kutipan itu juga yang menjadi bahan ilustrasi adegan di dalam panggung teater dan tari yang dipergelarkan di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.

Latar panggung yang dipertahankan berupa panggung mulanya berisiko karena tak memperlihatkan landscape atau pemandangan tanah Batak. Namun dalam pementasan ini, semua bisa ditutup lewat tampilan pepohonan dan semacam gubug di panggung. Juga pengisian musik dan cahaya yang mampu mengisi suasana dialogis para aktor di atas panggung. Ada Poltak Hutabarat yang memainkan dua peran, pertama Raja Panggalamei yang telah membunuh misionaris di tanah Batak, Lyman dan Munson. Kedua, Poltak juga memerankan Raja Panalangkup yang bertobat oleh kebajikan dari Ingwer Ludwig Nommensen.

Tokoh utama,Nommensen, diperankan Arista Sinaga. Ada Liber Manullang dan Herman Situmorang yang memainkan Henry Lyman dan Samuel Munson, dua misionaris yang terbunuh sebelum misi Nommensen. Inilah tafsiran panggung atas catatan biografi seorang yang lahir pada 6 Februari 1834 di Nortdstrand, pulau kecil di perbatasan Denmark dan Jerman. Dikisahkan perjalanan dia ketika masuk ke Barus pada 23 Juni 1862 melalui Sibolga, setelah beberapa bulan dia menetap di Sipirok.

Persiapan pementasan yang cukup sempit, sebulan lebih, ternyata tetap membuat penampilan teaternya tetap terjaga. Kendati, peran Nommensen dan Johan von Elstrom kurang mengeluarkan cengkok (dialek) Belanda sebagaimana para pemeran tokoh Batak yang tak hanya berdialek namun juga mengeluarkan ungkapan spontan khas Batak, bagaimana si sutradara Oliver Sitompul menata akting para aktor, cukup memadai sehingga enak dilihat secara teaterikal. Penuh HikmatDrama tari dan musik "Terpilih untuk Bersaksi" memaparkan kisah kasih karunia yang begitu besar dari bentuk kemerdekaan sejati dalam Nama Tuhan Yesus. Pertunjukan teatrikal tersebut mencakup dua babak perjuangan keimanan Nommensen dalam melakukan pelayanan bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus, dan pelayanan yang dilakukannya di tengah-tengah orang yang sudah mengenal Kristus, namun mengingkarinya.

Seperti diketahui, Dr Ingwer Ludwig Nommensen adalah seorang misionaris berkebangsaan Jerman yang selama 57 tahun hingga akhir hidupnya (1862-1918), menjadi hamba Tuhan yang penuh hikmat.Dia demikian sabar saat menghadapi masyarakat Batak yang berkarakter keras pada masa itu. Segala ancaman kematian tidak menyurutkan niat pelayanannya, di tengah kecurigaan Bangsa Batak ketika itu terhadap kedatangan kekuatan asing di wilayah mereka. Pementasan teatrikal "Terpilih untuk Bersaksi" menggambarkan sisi lain dari kekukuhan masyarakat Batak dalam menjaga martabat kebudayaan leluhur pada saat itu hingga sekarang. Melalui bagaimana Nommensen harus berdaya upaya mengajarkan pengetahuan Kristen dan pendidikan umum. Sejak mula pendekatannya, ia selalu mengajarkan pedoman cinta kasih yang manusiawi, tanpa melupakan dasar pemahaman kebudayaan Batak, tradisi setempat, dan kesukaan mayoritas penduduk terhadap musik.Pemahaman iman Kristiani dan budaya leluhur, hingga kini menjadi identitas yang jelas bagi masyarakat Batak.

Sebutlah, lahirnya Huria Kristen Batak Prostestan (HKBP) sejak pertengahan Abad 19 membuktikan perkembangannya yang menarik sebagai gereja muda paling besar di dunia. Kesenyawaan utuh dari identitas keagamaan Kristen dan kelestarian budaya tersebut atau sejatinya terkait dengan Perayaan Pesta Paheheon Naposobulung berlangsung di Graha Bhakti Budaya. Kegiatan yang diprakarsai Naposobulung Huria Kristen Batak Prostestan (NHKBP) Ramawangun itu juga bertepatan dengan kalender tahun HKBP, yakni tahun marturia melalui seruan "Boan Sadanari". Bertajuk "Terpilih untuk Bersaksi", aktivitas keimanan ini sekaligus diproyeksikan dalam bentuk teatrikal kehidupan Dr Ingwer Ludwig Nommensen, saat ia pertama kali menyebarkan Injil di Tanah Batak.

Segala perjuangan tulus Dr Nommensen disimbolkan sebagai perenungan wujud karya nyata yang dilakukan Tuhan terhadap Bangsa Batak, yang merupakan bentuk pemilihan Tuhan terhadap Bangsa Batak untuk bersaksi. Refleksi panggilan tersebut dikaitkan dengan apa yang tertuang pada Filipi 3:14: "aku melupakan apa yang telah di belakangku, dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku". Suatu ungkapan panggilan iman yang senantiasa harus dimiliki umat Kristiani (Naposubulung Kristen) untuk menanggalkan pola kehidupan yang lama (sebelum mengenal Yesus Kristus seutuhnya) serta dapat memberikan pengaruh yang baik bagi sekitarnya. Sebab, Naposobulung dinilai tidak saja sebagai tunas bagi perkembangan gereja, namun juga sebagai media pembaharu yang seharusnya memiliki kesadaran, kepedulian, inisiatif, kreativitas dan etos kerja tinggi.Namun sebaliknya, mereka menyadarari tentang naposobulung yang saat ini mengalami proses degradasi dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat. Salah satu contoh yakni pengenalan dan pengetahuan yang kurang dan bahkan cenderung meninggalkan budaya Bangsa Batak sebagai lambang identitas diri sebagai orang Batak.(sihar ramses simatupang)

Tobu Sirara i

TOBU SIRARA I
by : Lamtama Trio

Tobu Sirara i…
Tobu Sirara i…
Dilehot dainang…
Tanda matakki tuho…oooo !

Diponggol Dainang..
Dihilhil ho mai…
Mansai Tonggi…
Di dok ho tu dainang

Reff. :
Dainang I do…mangaririt ho..
Dainang I do…mangaririt ho..
Boi gabe rongkaphu..Boi gabe rongkaphu..
Inang ni gellenghu uuu..

Dainang I do…namanodo ho..
Dainang I do…namanodo ho..
Boi gabe rongkaphu..Boi gabe rongkaphu..

Borhat Ma Dainang

Borhat Ma Dainang
by ; Nurafni O Silalahi

Borhat ma dainang...
Tubuan laklak ho inang tubu sikkoru
Borhat ma dainang...
Tubuan anak ho inang tubuan boru

Horas ma dainang
Rongkapmu gabe helanghi dongan matua
Horas ma dainang
Ditongan dalan nang dung sahat ro di huta

Reff:
Unang pola tangisho
Ai tibu do ahu ro
Sirang pe ahu sian ho
Tondinghi gumonggom ho

Mengkel ma dainang
Sai unang tangis ho inang martuk tukian
Ingot martangiang ( doa )
Asa horas hamu nalaho nang na tinggal

Alani Sarjana..

Alani Sarjana.. !!

Boasama unduk ho nonmu
Anggo nalao gabe marsirang
Tung so hurippu…Tung so huboto do
Da gotaponmu hasian..harapan hi..

Manat manat majo pikkiri..
Jala ngenget ma rimang-rimangi
Ala ni arta ma hasian..
Ikkon tinggal ma au hape..
Napogoson

Reff. : Hape ro sidoli najogi..
Naro manopot ho ito..
Jala huhut naung sarjana..
Jala anak ni namora i..

Nungga digali ho be
Lombang nasotimbungonhi..
Jala nungga di gorgai ho be..
Dalan mu ma..pasidungkon au…da hasian !!

Bunga Nabottar

Bunga Nabottar
“ Bunga yang berwarna putih “

Hujalo doi..
Surat mi ito,naro tu au

Tarsonggot do au,Manjahai..
Didokkok hon lupa hononmu ma sude
Janjimi natua,diborngini !

Manetek ilu sian simalolong hi,
Marningot sude..najanjimi
Hape..dung laho muli beho..
Didokhon ho..ma tu au,,sirang ito !

Reff.
“ Ai parroha an ma ito...
Bungakki…baen mai,di lambungmi
Bunga Nabottar nahulehen I tuho
Ai anggo au,indar naro tu pestami

Dang na tar tuppali au..be ho ito
Sippan mai……Bungakki !!!!!
Ima tuppakku tuho
Ai anggo au,indar naro..tu pestami

Gabe maho...Ale ito..Horas mada !!
Gabe maho...Ale ito..Horas mada !!

Kamis, 26 Juni 2008

Piping Engineering Degree

Piping Engineering Degree, Piping Course

Piping Engineering , Piping Course

Objective: To identify the basic vocabulary, and to introduce the major concepts for piping system design. To provide understanding, where the basic piping requirements for design are to be developed as per the international codes & standards. To understand how to design cost effective new installation as well as in trouble shooting & improving existing piping system. Course Outlines: Piping Engineering one-of-a-kind course is designed to raise the level of expertise in piping design and improve your competitiveness in the world markets. This course provides you various piping system design and development skills and knowledge of current trends in plant layout.

Course syllabus is based as per the requirement of detailed engineering companies and covers basic design fundamentals and technics, overview of P & I Diagram, selection of piping commodities, Codes & standards, Preparation of material specification and data sheets, Development of Equipments and Piping layouts, Preparation of isometrics and M.T.O., Basic part of stress analysis to route lines, Overview of Caesar-II software, Inspection and testing procedure of piping systems

Who Should Attend: Fresh & working Mech & Chem. engineers & those who wants to make career in Piping.

Batak's song ! O, Tano Batak

O, TANO BATAK

O, Tano Batak haholongakku
Sai namalungun do au tu ho

Ndang olo modom, Ndang nok matakku
Sai namasihol do au, Sai naeng tu ho

O, Tano Batak
Sai naeng hutatap
Dapothonokku
Tano hagodangakki
O, Tano Batak
Andigan sahat
Au on naeng mian di ho sambulokki

Molo dung bitcar matani ari
Lao panapuhon hauma i

Godang do ngolu siganup ari
Dinamaringan di ho sambulokki

Kamis, 12 Juni 2008

Gerakan Pembangunan Desa Terpadu-Marsipature Hutana Be

JUMAT, 28 FEBRUARI 1997
BPPS Medan Memotivasi Peningkatan Taraf Hidup Warga Kecamatan Sipirok SIPIROK (Waspada): Para Perantau asal Sipirok yang berada di Medan bernaung dalam wadah BPPS (Badan Pengkajian Pembangunan Sipirok) sejak berdiri Januari 1989 punya program khusus memotivasi peningkatan taraf hidup warga Kecamatan Sipirok, Tapsel.

"Hal itu merupakan salah satu aspek dan implikasi dari pelaksanaan program GPDT-MHB (Gerakan Pembangunan Desa Terpadu-Marsipature Hutana Be) sebagai terobosan pembangunan pedesaan hasil pikiran Gubsu, " kata Ketua BPPS Medan, B.Ar Poeloengan,SH ketika tatap muka sekaligus halal bihalal dengan para kepala desa Sekecamatan Sipirok di Tor Sibohi Hotel Sipirok Sabtu (22/2).

Dikatakan pihak BPPS Medan mengharapkan kalangan masyarakat di Kecamatan Sipirok akan terus memacu diri untuk berkarya dalam rangka berupaya meningkatkan taraf hidupnya menuju masa depan cerah dengan bermodalkan kemauan ditambah tuntunan dari pihak BPPS sebagai wadah perantau Sipirok di Medan.

Pada kesempatan yang juga dihadiri Gubsu itu Poeloengan mengemukakan BPPS sejak berdiri telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi sejumlah permohonan modal usaha masyarakat Kecamatan Sipirok baik berupa dana maupun barang langsung diinginkan, seperti bibit tanaman jenis tanaman muda dan tua (keras).

"Tatap muka inipun dilakukan merupakan persiapan dalam rangka pelaksanaan penanaman massal beberapa jenis tanaman keras sekaligus berkurban bersama nanti di Sipirok pada Hari Raya Idul Adha pertengahan April mendatang," kata Poeloengan, sambil menambahkan, pihaknya juga pada 20 Januari lalu menerima permohonan bibit dari 64 desa di Kecamatan Sipirok dengan sepuluh jenis bibit tanaman seluruhnya 450.650 pokok ditambah 4.000 bibit ikan mas.

Bibit tanaman dimaksud, menurutnya, terdiri jengkol, durian, karet, kulit manis, jeruk manis,pisang barangan, kemiri, kentang, mahino dan mangga golek. Sedangkan Desa Hasahatan Dolok meminta pihak BPPS mengkaji upaya pencetakan sawah baru 350 hektare

Rabu, 06 Februari 2008

Muda Gaul !!! Cowok Cewek..Respond Cewek

Respond Cewek
Oleh : NN
1. cowo' nelfon rutin ke cewe' 2-3 kali sehari
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'wah cowo' itu baik, perhatian banget sama gue, tiap hari nelfon gue!
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'brengsek banget nih cowo', masa' tiap hari nelfon gue terus, apa enggak ada kerjaan lain?'

2. cowo' rajin dateng ke rumah si cewe'
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'wah..dia bela-belain nyediain waktunya untuk dateng ke rumah gue, baik banget ya itu cowo'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'ngapain sih itu cowo' dateng ke rumah gue sering-sering, gue kan banyak kerjaan nih !

3. cowo' rajin kasih perhatian
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'gue merasa tersanjung nih, diberi perhatian secara terus menerus, cowo' itu bener-bener baik banget'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'gue kaya diinterogasi sama polisi, masa' dia tanya-tanyain terus tiap hari, gue mau begini, mau begitu, ya urusan gue..jangan ditanya macam-macam dong'

4. cowo, rajin kirim mail
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'tiap gue buka mail, pasti ada mail dari dia, jadi ingin buka mail terus setiap hari'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'wah..penuh-penuhin mailbox gue aja sih, cape' kan gue harus delete mail banyak-banyak kaya' gini'

5. Cowo' ngajakkin jalan bareng
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'akhirnya dia berani ngajak gue jalan bareng, memang moment kaya' gini lagi gue tunggu-tunggu dari dulu'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'enggak deh...sorry aja...gue enggak mau sembarangan jalan sama orang'

6. Cowo' nawarin bantuan
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'wah..cowo' itu bener-bener baik, mau-maunya bantuin gue yang lagi kesusahan'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'sialan...emang dia kira gue enggak bisa apa apa ya..masa' kerjaan begini aja....mau sok bantuin gue ! gue bisa ngerjain sendiri'

7. Cowo' kasih ucapan selamat ulang tahun
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'enggak nyangka gue, kalau dia ingat banget ulang tahun gue, jarang nih ada cowo' yang peduli sama ulang tahunku'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'darimana sih dia tahu ulang tahun gue??..kesel banget nih gue..jadi inget sama umur gue yang makin tambah tua aja !!

8. cowok' kasih hadiah ulang tahun
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'kadonya bagus sekali, kok mau ya repot-repot kasih gue kado?, hatiku jadi tersentuh'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'kado apaan sih ini, jadi menuh-menuhin kamar gue aja !!, lumayanlah buat gue jual atau gue kasih ke pembokat gue!'

9. cowo' kirim SMS ke HP
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'gue jadi semangat menjalani hidup ini, tiap saat ada yang memperhatiin gue'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'hidup gue jadi BT terus nih, masa' sih tiap saat kirim SMS terus, gue jadi pusing khan..ngecek message terus !!, mending isinya penting !!'

10. Cowo' tiba-tiba menghilang begitu saja dari si cewe'
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'wah kemana ya si cowo'..gue kangen berat nih, apaapa ya? kenapa ih kok dia jadi menghilang begitu saja?'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'Emang gue pikirin !

11. Cowo' tiba-tiba datang lagi, kasih pernyataan
three magic words 'i love you' respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'wah..enggak kuat nih gue..mendengar pengakuannya, ya sudah..gue terima aja'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'TIDAK...TIDAK...TIDAK....wah kok situasinya makin gawat begini sih??, wah mendingan gue cari alasan buat nolaknya nih!!, aha..bilang aja..kalo gue udah punya cowo!!...hehehehe!!!

12. Cowo' ngajakkin tunangan
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') 'akhirnya...saat berbahagia pun tiba!'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'ADUH !!..BT nih hidup gue??..ah ..bilang aja kalau gue udah dijodohin..hehehe!!!'

13. Cowo' ngajakkin menikah selama-lamanya
respond si cewe' (bila si cewe' tertarik dengan si cowo') '.....(sorry enggak bisa komentar..si cewe' sedang menangis bahagia!)'
respond si cewe' (bila si cewe' tidak tertarik dengan si cowo') 'gue harus buru-buru kawin nih sama orang lain...pokoknya seumur hidup gue enggak mau kawin sama ini cowo'!! dari dulu nyusahin gue aja !!'

Muda Gaul !!! Cowok Cakep vs Cowok Jelek

Cowok Cakep vs Cowok Jelek
Oleh : DS
Kalau cowok cakep pendiam
cewek2 bilang : Wouw...cool banget...
Kalau cowok jelek pendiam
cewek2 bilang : Ich kuper amat!!!

Kalau cowok cakep njomblo
Cewek2 bilang : Pasti dia type perfectionis
Kalau cowok jelek njomblo
Cewek2 bilang : Udah jelaslah...kagak laku!

Kalau cowok cakep berbuat jahat
Cewek2 bilang: No body perfect
Kalau cowok jelek berbuat jahat
Cewek2 bilang: Pantes aja, tampangnya aja dah kriminal!

Kalau cowok cakep nolongin cewek yang di ganggu preman
Cewek2 bilang : Wuiiich gentlenya kayak di film-film
Kalau cowok jelek nolongin cewek yang diganggu preman
Cewek2 bilang : Pasti dia temennya preman.

Kalau cowok cakep punyak cewek cantik
Cewek2 bilang: Pasangan ideal, klop dech serasi banget!!
Kalau cowok jelek punya cewek cantik
Cewek2 bilang : Pasti dia pakek dukun!

Kalau cowok cakep diputusin cewek
Cewek2 bilang : Jangan sedih, masih ada aku
Kalau cowok jelek diputusin ceweknya
Cewek2 bilang : (terdiam tapi jarinya menunjuk dari atas ke bawah)

Kalau cowok cakep nuangin minuman buat ceweknya
Cewek bilang : Ini baru cowok Gentleman
Kalau cowok jelek nuangin minum buat cowoknya
Cewek2 bilang : Naluri pembantu emang gitu

Kalau cowok cakep penyayang binatang
Cewek2 bilang: Halus banget, penuh cinta kasih
Kalau cowok jelej penyayang binatang
Cewek2 bilang : Masih sodara kaleee

Kalau cowok cakep bawa BMW
Cewek2 bilang : Cakep luar dalam
Kalau cowok jelek bawa BMW
Cewek2 bilang : Mas...majikannya mana???

Kalau cowok cakep bawa motor gede
Cewek2 bilang : Wuaach kayak Lorenzo Lamas... bikin lemes
Kalau cowok jelek bawa motor gede
Cewek2 bilang : Awas...!!! ada Mandra lewat!!

Kalau cowok cakep lagi bersedih
Cewek2 bilang : Let's me be your shoulder to cry on...
Kalau cowok jelek bersedih
Cewek2 bilang : "Lu cowok apa cewek sih!! cengeng amat!!"

Tidur Nyenyak Tingkatkan Daya Ingat Orang Dewasa

Tidur Nyenyak Tingkatkan Daya Ingat Orang Dewasa

Berlin: Tidur yang tidak terlalu nyenyak pada usia manusia yang semakin bertambah mungkin menjadi salah satu sebab berkurangnya daya ingat pada orang dewasa, menurut laporan German Neurological Society (DGN).

Menurut DGN, pola tidur seseorang akan berubah tiap tahunnya. Seseorang yang berusia 25 tahun atau lebih muda akan menghabiskan 19 persen dari seluruh waktu tidurnya dalam fase tidur nyenyak. Yang kemudian akan turun sekitar tiga persen pada usia 36 hingga 50.

DGN mengatakan, remaja yang beranjak dewasa akan menghabiskan lebih dari satu jam dalam tidur nyenyak selama setengah dari satu malam waktu tidurnya. Sedangkan untuk usia yang lebih tua hanya akan menghabiskan waktu sekitar 18 menit saja.

Orang dengan gangguan tidur yang tidak memiliki banyak waktu untuk tidur nyenyak dapat mengurangi kemampuan mental mereka menyimpan berbagai hal yang dipelajari ketika jam-jam mereka bangun, demikian DPA.

Cool Tips !!! Pintar di Kesan Pertama

Pintar di Kesan Pertama

Ada cara agar kesan pertama Anda di mata orang lain menjadi menarik dan baik.

Mau tahu?

1. Percaya diri. Ketika merasa bahwa diri Anda berkualitas, maka akan semakin mudah berbicara dan bertindak. Perhatikan juga bahasa tubuh, menggigit kuku atau membungkuk hanya akan menonjolkan rasa tidak nyaman. Berdirilah dengan tegap, tunjukkan bahwa Anda punya kekuatan.

2. Tersenyumlah. Senyum yang tulus akan mencairkan suasana. Selain itu cobalah untuk tidak terlalu cepat merubah mimik muka. Karena bisa saja orang lain menganggap senyum Anda tidak tulus.

3. Lakukan kontak mata. Ketika berbicara dengan seseorang, pandanglah matanya. Jika Anda melihat ke arah yang lain, akan terkesan tidak menghargai orang tersebut.

4. Berpakaian yang pantas dan wajar. Sesuaikan gaya pakaian dengan tempat dan acara. Jangan lupa untuk tetap menonjolkan karakter dalam berpakaian. Karakter yang kuat akan lebih berkesan bagi orang lain. Salah kostum? nggak deh.

5. Yang terakhir, jangan lupa untuk menjaga kebersihan badan. Badan bersih dan wangi akan memberi kesan yang baik. Sebaiknya jika badan bau dan kotor, dapat dipastikan kesan pertama akan sangat buruk.

Yang paling penting dari semuanya, tetaplah menjadi diri sendiri. Berpura-pura atau memaksakan diri menjadi orang lain, biasanya hanya akan membuat kesan bahwa Anda seseorang yang tidak jujur, tidak tulus dan manipulatif.

Cool Tips !!! Miliki Wajah yang Cerah

Miliki Wajah yang Cerah

Pasti kamu-kamu ingin memiliki wajah yang cerah dan bersinar. Memang tidak mudah karena kamu harus melakukan perawatan yang ekstra. Sebenarnya yang paling penting adalah memperbaiki gaya hidup kamu dan ikuti beberapa trik sederhana berikut ini.

Yang pertama adalah kamu harus memperbanyak mengkomsumsi air putih sebanyak 8 hingga 10 gelas per hari.

Cobalah kamu santai dalam berpikir dan jauhi pikiran yang negatif agar tidak tegang karena keadaan psikologis tetap prima.

Ketiga adalah menghindari mengkonsumsi makanan yang berminyak dan berkolesterol.

Kalau kamu ingin mata tetap terlihat indah dan sehat sebaiknya kamu tidur minimal 8 jam dalam sehari.

Polusi udara juga mempengaruhi kesehatan wajah, jadi sebaiknya kamu hindari asap knalpot, asap rokok dan jangan merokok.

Langkah keenam adalah perbanyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan serta mengkonsumsi roti yang mengandung gandum.

Tanamkan keyakinan dengan mengatakan pada diri kamu sendiri bahwa kamu memang cantik dan menarik. Dengan begitu wajah kamu akan lebih ceria dan segar selalu.

Tentukan dan batasi waktu maka dan usahakan agar kamu tetap konsisten dengan waktu yang sudah kamu tetapkan. Luangkan waktu sedikit agar kamu bisa melakukan perawatan secara tepat. So...kamu mau mencobanya?

Sabtu, 12 Januari 2008

BANGSO BATAK TOBA, KETURUNAN ISRAEL YANG HILANG

BANGSO BATAK TOBA, KETURUNAN ISRAEL YANG HILANG
Edisi - Revisi
Batak - Israeli)

Bangsa Israel kuno terdiri dari 12 suku. Setelah raja Salomo wafat,negara Israel pecah menjadi dua bagian. Bagian Selatan terdiri dari dua suku yaitu Yehuda dan Benjamin yang kemudian dikenal dengan nama Yehuda, atau dikenal dengan nama Yahudi. Kerajaan Selatan ini disebut Yehudah, ibukotanya Yerusalem, dan daerahnya dinamai Yudea.

Bagian utara terdiri dari 10 suku, disebut sebagai Kerajaan Israel. Dalam perjalanan sejarah, 10 suku tersebut kehilangan identitas kesukuan mereka. Kerajaan utara Israel tidak lama bertahan sebagai sebuah negara dan hilang dari sejarah. Konon ketika penaklukan bangsa Assyria, banyak orang Kerajaan Utara Israel yang ditawan dan dibawa ke sebelah selatan laut Hitam sebagai budak. Sebagian lagi lari meninggalkan asalnya untuk menghindari perbudakan.

Sementara itu Kerajaan Yehudah tetap exist hingga kedatangan bangsa Romawi. Setelah pemusnahan Yerusalem pada tahun 70 oleh bala tentara Romawi yang dipimpin oleh jenderal Titus, orang-orang Yehudah pun banyak yang meninggalkan negerinya dan menetap di negara lain, terserak diseluruh dunia.

Jauh sebelum itu, ketika masa pembuangan ke Babilon berakhir dan orang-orang Yehudah atau disebut Yahudi diijinkan kembali ke negerinya, dan sepuluh suku Israel dari Kerajaan utara memilih tidak pulang tetapi meneruskan petualangan kearah Timur. Demikian juga dengan mereka yang diperbudak di selatan laut Hitam, setelah masa perbudakan selesai, tidak diketahui kemana mereka pergi melanjutkan hidup.

Dengan demikian banyak diantara bangsa Israel kuno kemudian kehilangan identitas mereka sebagai orang Israel. Ada sekelompok penduduk di daerah Tiongkok barat, diterima sebagai puak Cina, tetapi secara umum profil wajah mereka agak berbeda dengan penduduk Cina pada umumnya. Perawakan mereka lebih besar, hidung agak mancung, namun berkulit kuning dan bermata sipit. Mereka menyembah Allah yang bernama Yahwe. Sangat mungkin mereka adalah keturunan sepuluh suku Israel yang hilang yang telah kawin campur dengan penduduk lokal sehingga kulit dan mata menjadi seperti penduduk asli.

Saya percaya banyak diantara para pembaca yang mengetahui bahwa di negeri Israel ada sekelompok kecil orang Israel yang berkulit hitam. Mereka adalah suku Falasha, yang sebelum berimigrasi ke Israel hidup di Etiopia selama ratusan generasi. Fisik mereka persis seperti Negro dengan segala spesifikasinya yaitu kulit hitam legam, bibir tebal, rambut keriting, dll.

Mereka mengklaim diri mereka sebagai keturunan Israel atau disebut Beta Israel, dan dengan bukti-bukti yang dimiliki, mereka mampu memenuhi seluruh kriteria yang dituntut oleh Pemerintah Israel yang merupakan syarat mutlak supaya diakui sebagai Israel perantauan. Setelah memperoleh pengakuan sebagai keturunan Israel, sebagian dari mereka kembali ke Tanah Perjanjian sekitar 15 tahun lalu dengan transportasi yang disediakan oleh Pemerintah Israel. Itulah sebabnya mengapa ada Israel hitam.

Mereka seperti orang Negro karena intermarriage dengan perempuan perempuan lokal sejak kakek moyang mereka pergi ke Ethiopia. Kita tahu bahwa bahwa Ethiopia adalah salah satu negara yang penduduknya mayoritas Kristen yang paling tua didunia. Ingat sida-sida yang dibaptis oleh Filipus dalam Kisah 8:26-40. Bahkan sebelum era Kekristenan pun sudah ada penganut Yudaisme disana. Walaupun banyak yang kembali, sebahagian lagi tetap memilih menetap di negeri itu, dan merekalah yang menjaga dan memelihara Tabut Perjanjian yang konon ada disana.

Apakah ada diantara para pembaca yang pernah mendengar selentingan bahwa etnik Bangso Batak Toba, adalah juga keturunan bangsa Israel kuno yang hilang? Mungkin saja tidak, karena orang-orang Batak Toba sendiri banyak yang tidak mengetahuinya, kecuali segelintir yang memberikan perhatian terhadap hal ini.

Menurut kamus umum bahasa Indonesia Batak mempunyai arti (sastra), adalah petualang, pengembara, sedang membatak berarti berpetualang, pergi mengembara. Walaupun demikian orang Batak dikenali dengan sikap dan tindakannya yang khas, yaitu terbuka, keras dan apa-adanya.

Hosea 19:17: Allahku akan membuang mereka (ISRAEL YANG MURTAD), sebab mereka tidak mendengar Dia, maka mereka akan MENGEMBARA diantara bangsa-bangsa. Mengapa di Sumatera, karena Sumatera adalah salah satu pulau di Hindia yang berdekatan dengan India. Sumatera juga merupakan salah satu pulau di Lautan Samudera Hindia.

Bandingkan Yesaya 11:11: Pada waktu Tuhan akan mengangkut pula tangaNya untuk menebus sisa-sisa umatNya (Bangsa ISRAEL YANG MURTAD) yang tertinggal di Asyur, dan di Mesir, di Patros, di Ethiopia, dan di Elam, di Sinear, di Hamat dan di Pulau-pulau di Laut.

Seperti yang diungkapkan oleh seorang anthropolog dan juga pendeta dari Belanda, profesor Van Berben, dan diperkuat oleh prof Ihromi, guru besar di UI (Universitas In 782 donesia), bahwa tradisi etnik Tapanuli (Batak Toba) sangat mirip dengan tradisi bangsa Israel kuno. Pendapat itu didasarkan atas alasan yang kuat setelah membandingkan tradisi orang Tapanuli dengan catatan-catatan tradisi Israel dalam Alkitab yang terdapat pada sebahagian besar kitab Perjanjian Lama, dan juga dengan catatan-catatan sejarah budaya lainnya diluar Alkitab.

Beberapa peneliti dari etnis Tapanuli juga yakin bahwa Batak adalah keturunan Israel yang sudah lama terpisah dari induk bangsanya, tapi karena intermarriage dengan penduduk lokal ditempat mana mereka bermukim membuat orang Batak secara fisik menjadi seperti orang Melayu.

Seorang Batak Toba, yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Israel dan menjadi warga negara, berusaha mengumpulkan data-data untuk pembuktian. Setelah merasa sudah cukup, dia mengajukannya ke pemerintah Israel yang waktu itu masih dipimpin oleh PM Yitzak Rabin.Tetapi tenyata data tersebut belum bisa memenuhi seluruh kriteria. Pemerintah Israel kemudian meminta agar kekurangannya dicari hingga dapat mencapai 100 persen supaya pengakuan atas etnis Batak sebagai orang Israel diperantauan dapat diberi. Konon kekurangan itu terutama terletak pada silsilah yang banyak missing links-nya, dan menelusuri silsilah itu agar sempurna sama sulitnya dengan menyelam ke perut bumi.

Peneliti berharap suatu waktu pada masa depan, Pemerintah Israel bisa saja mengubah kriterianya dengan menjadi lebih lunak dan etnik Batak diterima sebagai bahagian yang terpisah dari mereka. Setelah mendengar selentingan itu, saya benar-benar menaruh minat untuk menyelidiki sejauh mana budaya Bangso Batak Toba dapat memberi bukti similaritasnya dengan tradisi Israel kuno. Alkitab adalah buku yang prominent dan sangat layak serta absah sebagai kitab pedoman untuk mencari data budaya Israel kuno yang menyatu dengan unsur sejarah dan spiritual. Beberapa diantara kesamaan tradisi Batak Toba dengan tradisi Israel kuno adalah sebagai berikut:

1). Pemeliharaan silsilah (Tarombo dan Marga)

Semua orang Tapanuli, terutama laki-laki, dituntut harus mengetahui garis silsilahnya. Demikian pentingnya silsilah, sehingga siapa yang tidak mengetahui garis keturunan kakek moyangnya hingga pada dirinya dianggap na lilu - tidak tahu asal-usul - yang merupakan cacat kepribadian yang besar.

Bangsa Israel kuno juga memandang silsilah sebagai sesuatu yang sangat penting. Alkitab, sejak Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru sangat banyak memuat silsilah, terutama silsilah dari mereka yang menjadi figur penting, termasuk silsilah Yesus Kristus yang ditelusuri dari pihak bapak(angkat) Nya Yusuf, yang keturunan Daud dan pihak ibuNya (Maria).

Catatan:

MARGA adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah (patrilineal). Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan selalu dihubungkan dengan anak laki laki. Seorang ayah merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki-laki yang meneruskan marganya. Sesama satu marga dilarang saling mengawini, dan sesama marga disebut dalam Dalihan Na Tolu disebut Dongan Tubu. Menurut buku “Leluhur Marga Marga Batak”, jumlah seluruh Marga Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias.

Catatan: Marga dalam kamus Inggris Hassan Shadily dan John Echols adalah CLAN, yakni Suku, Marga, dan KAUM. Dalam arti yang lain, Marga bias berarti Warga, dari bahasa India (Sansekerta, kemungkinannya) . Jadi, kalau ada orang Batak bermarga Tampubolon, berarti dia berasal dari KAUM TAMPUBOLON. Bandingkan dengan KAUM LEWI, KAUM YEHUDAH, KAUM SIMEON dan lain-lain.

TAROMBO adalah silsilah, asal-usul menurut garis keturunan ayah. Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga. Bila orang Batak berkenalan pertama kali, biasanya mereka saling tanya Marga dan Tarombo. Hal tersebut dilakukan untuk saling mengetahui apakah mereka saling “mardongan sabutuha” (semarga) dengan panggilan “ampara” atau “marhula-hula” dengan panggilan “lae/tulang” . Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakah
ia harus memanggil “Namboru” (adik perempuan ayah/bibi), “Amangboru/Makela” ,(suami dari adik ayah/Om), “Bapatua/ Amanganggi/ Amanguda” (abang/adik ayah), “Ito/boto” (kakak/adik) , PARIBAN atau BORU TULANG (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat kita jadikan istri, dst.

2). Perkawinan yang ber-pariban

Ada perkawinan antar sepupu yang diijinkan oleh masyarakat Batak, tapi tidak sembarang hubungan sepupu. Hubungan sepupu yang diijinkan untuk suami-istri hanya satu bentuk, disebut marpariban. Cukup report menerangkan hal ini dalam bahasa Indonesia karena bahasa ini tidak cukup kaya mengakomodasi sebutan hubungan perkerabatan dalam bahasa Batak. Yang menjadi pariban bagi laki-laki ialah boru ni tulang atau anak perempuan dari saudara laki-laki ibu. Sedangkan yang menjadi pariban bagi seorang gadis ialah anak ni namboru atau anak laki-laki dari saudara perempuan bapa.

Hanya hubungan sepupu yang seperti itu yang boleh menjadi suami-isteri. Karena suku Batak penganut patriarch yang murni, ini adalah perkawinan ulang dari kedua belah pihak yang sebelumnya sudah terjalin dengan perkawinan.

Mari kita bandingkan dengan Alkitab. Pada kitab Kejadian, Yakub menikah dengan paribannya, anak perempuan Laban yaitu Lea dan Rahel. Laban adalah tulang dari Yakub. (Saudara laki-laki dari Ribka, ibu dari Yakub). Didunia ini sepanjang yang diketahui hanya orang Israel kuno dan orang Batak yang sekarang memegang tradisi hubungan perkawinan seperti itu.

3). Pola alam semesta

Orang Batak membagi tiga besar pola alam semesta, yaitu banua ginjang (alam sorgawi), banua tonga (alam dimensi kita), dan banua toru (alam maut). Bangsa Israel kuno juga membagi alam dengan pola yang sama.

4). Kredibilitas

Sebelum terkontaminasi dengan racun-racun pikiran jaman modern, setiap orang Batak, terutama orang tua, cukup menitipkan sebuah tempat sirih (salapa atau gajut), ataupun sehelai ulos, sebatang tongkat, atau apa yang ada pada dirinya sebagai surat jaminan hutang pada pihak yang mempiutangkan, ataupun jaminan janji pada orang yang diberi janji. Walaupun nilai ekonomis barang jaminan bisa saja sangat rendah tetapi barang tsb adalah manifestasi dari martabat penitip, dan harus menebusnya suatu hari dengan merelealisasikan pembayaran hutang ataupun janjinya. Budaya Israel kuno juga demikian. Lihat saja Yehuda yang menitipkan tongkat kepada Tamar sebagai jaminan janji (Kej. 38).

5). Hierarki dalam pertalian semarga

Dalam budaya Batak, jika seorang perempuan menjadi janda, maka laki-laki yang paling pantas untuk menikahinya ialah dari garis keturunan terdekat dari mendiang suaminya. Ini dimaksudkan agar keturunan perempuan tsb dari suami yang pertama tetap linear dengan garis
keturunan dari suami yang kedua. Misalnya, seorang janda dari Simanjuntak sepatutnya menikah lagi adik laki -laki mendiang (bandingkan dengan Rut 1:11).

Jika tidak ada adik laki-laki kandung, sebaiknya menikah dengan saudara sepupu pertama dari mendiang yang dalam garis silsilah tergolong adik. Jika tidak ada sepupu pertama, dicari lagi sepupu kedua. Demikian seterusnya urut-urutannya. Hal semacam ini diringkaskan dalam ungkapan orang Batak : “Mardakka do salohot, marnata do na sumolhot. Marbona do sakkalan, marnampuna do ugasan”.

Dalam tradisi Israel kuno, kita dapat membaca kisah janda Rut dan Boas. Boas masih satu marga dengan mendiang suami Rut, Kilyon. Boas ingin menikahi Rut, tapi ditinjau dari kedekatannya menurut garis silsilah, Boas bukan pihak yang paling berhak. Oleh sebab itu dia mengumpulkan semua kerabat yang paling dekat dari mendiang suami Rut, dan mengutarakan maksudnya. Dia akan mengurungkan niatnya jika ada salah satu diantara mereka yang mau menggunakan hak adat-nya, mulai dari pihak yang paling dekat hubungan keluarganya hingga yang paling jauh sebelum tiba pada urutan Boas sendiri. Ya, mardakka do salohot, marnata do na sumolhot. (Baca kitab Rut).

6). Vulgarisme

Setiap orang dapat marah. Tetapi caci maki dalam kemarahan berbeda-beda pada tiap-tiap etnik. Orang Amerika terkenal dengan serapah: son of a bitch, bastard, idiot, dll yang tidak patut disebut disini. Suku-suku di Indonesia ini umumnya mengeluarkan makian dengan serapah : anjing, babi, sapi, kurang ajar, dll.

Pada suku Batak makian seperti itu juga ada, tetapi ada satu yang spesifik. Dalam sumpah serapahnya seorang Batak tak jarang memungut sehelai daun, atau ranting kecil, atau apa saja yang dapat diremuk dengan mudah. Maka sambil merobek daun atau mematahkan ranting yang
dipungut/dicabik dari pohon dia mengeluarka 6ea n sumpah serapahnya:, , Sai diripashon Debata ma au songon on molo so hudege, hubasbas, huripashon ho annon !!!”. Terjemahannya kira-kira begini:,,Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku kalau kamu tidak kuinjak, kulibas, kuhabisi !!!”.

Robeknya daun atau patahnya ranting dimaksudkan sebagai simbol kehancuran seterunya. Orang-orang Israel kuno juga sangat terbiasa dengan sumpah serapah yang melibatkan Tuhan didalamnya. Vulgarisme seperti ini terdapat banyak dalam kitab Perjanjian Lama, diantaranya
serapah Daud pada Nabal. (1 Sam. 25, perhatikan ayat 22 yang persis sama dengan sumpah serapah orang Batak).

7). Nuh dan bukit Ararat

Ada beberapa etnik didunia ini yang mempunyai kisah banjir besar yang mirip dengan air bah dijaman Nuh. Tiap etnik berbeda alur ceritanya tetapi polanya serupa. Etnik Tapanuli juga punya kisah tentang air bah, tentu saja formatnya berbeda dengan kisah Alkitab. Apabila orang-orang yang sudah uzur ditanya tentang asal-usul suku Batak, mereka akan menceritakan mitos turun temurun yang mengisahkan kakek moyang orang Batak diyakini mapultak sian bulu di puncak bukit Pusuk Buhit.

Pusuk Buhit adalah sebuah gunung tunggal yang tertinggi di Tapanuli Utara, dipinggiran danau Toba. Pusuk Buhit sendiri artinya adalah puncak gunung. Pusuk Buhit tidak ditumbuhi pohon, jelasnya tidak ada bambu disana. Yang ada hanya tumbuhan perdu, ilalang, dan rumput gunung. Bambu – dari mana kakek moyang keluar – menurut nalar mendarat di puncak gunung itu dan mereka keluar dari dalamnya setelah bambunya meledak hancur. Mengapa ada bambu pada puncak Pusuk Buhit yang tandus dan terjal? Tentu saja karena genangan air yang mengapungkannya, yang tak lain adalah banjir besar.

Dapat dipahami mengapa jalan cerita menjadi seperti itu, karena setelah ribuan tahun terpisah dari induk bangsanya, narasi jadi berbeda. Bahtera Nuh berubah menjadi sebentuk perahu bambu berbentuk pipa yang kedua ujungnya ditutup, dan Bukit Ararat berubah menjadi Pusuk Buhit.

8). Mangokal Holi atau Eksumasi (Pemindahan tulang belulang)

Jika Pemerintah mengubah fungsi lahan pekuburan, wajar jika tulang-belulang para almarhum/ah dipindahkan oleh pihak keluarga yang terkait. Alasan ini sangat praktis. Bagi orang Tapanuli, penggalian tulang belulang (eksumasi) dari kerabat yang masih satu dalam garis silsilah dan dikuburkan didaerah lain adalah praktek yang sangat umum hingga sekarang. Sering
alasannya hanya untuk kepuasan batin belaka walaupun biayanya sangat mahal karena termasuk dalam kategori perhelatan besar.

Pada bangsa Israel kuno hal semacam adalah kebiasaan umum. Sejarah sekuler menuturkan bahwa tulang belulang Yusuf dibawa dari Mesir ketika bangsa ini keluar dari sana. Juga dalam kitab lain dalam Perjanjian Lama, sekelompok masyarakat berniat memindahkan tulang belulang dari satu pekuburan (walaupun kemudian dihalangi oleh seorang nabi).

9). Peratap/Ratapan

Adalah wajar bagi jika satu keluarga menangis disekeliling anggota keluarga / kerabat yang meninggal dan terbujur kaku. Mereka menangisi si mati, dan seseorang meratapinya. Meratap berbeda dengan menangis. Meratap dalam bahasa Tapanuli disebut mangandung. Mangandung ialah menangis sambil melantunkan bait-bait syair kematian dan syair kesedihan hati.

Karena sepenuhnya terikat dengan komponen syair-sayir maka mangandung ad 676 alah satu bentuk seni yang menuntut keahlian. Untuk memperoleh kepiawaian harus belajar. Bahasa yang digunakan sangat klasik, bukan bahasa sehari-hari. Setiap orang-tua yang pintar mangandung akan mendapat pujian dan sering diharapkan kehadirannya pada setiap ada kematian.

Di desa-desa, terutama di daerah leluhur - Tapanuli - tidak mengherankan kalau seseorang orang yang tidak ada hubungan keluarga dengan orang yang meninggal, bahkan tidak dikenal oleh masyarakat setempat, namun turut mangandung disisi mayat. Masyarakat mendukung hal seperti itu. Kata-kata yang dilantukan dalam irama tangisan sangat menyentuh kalbu. Tak jarang pihak keluarga dari si mati memberi pasinapuran (ang pao) kalau si peratap tersebut pintar, sekedar menunjukkan rasa terima kasih.

Peratap-peratap dari luar ini sebenarnya tidak menangisi kepergian si mati yang tidak dikenalnya itu. Alasannya untuk turut meratap adalah semata-mata mengeluarkan kesedihan akibat kematian keluarga hekatnya sendiri pada waktu yang lalu, dan juga yang lebih spesifik
yaitu mengekspresikan seni mangandung itu.

Ini sangat jelas dari ungkapan pertama sebelum melanjutkan andung-andungnya :,,Da disungguli ho ma sidangolonhi tu sibokka nahinan” Sibokka nahinan adalah anggota keluarga sipangandung yang sudah meninggal sebelumnya. Selanjutnya dia akan lebih banyak berkisah
tentang mendiang familinya itu.

Bagaimana dengan bangsa Israel? Dari sejarah diketahui bahwa ketika Yusuf (perdana menteri Mesir) meninggal, sanak keluarganya membayar para peratap untuk mangandung. Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berkali-kali mencatat kata -kata ratapan, meratap, peratap. Kitab Ratapan yang ditulis oleh raja Salomo, dalam praktek Israel kuno adalah syair-syair yang dilantunkan sambil mangandung, kendati bukan pada acara kematian.

10). Hierarki pada tubuh

Dalam budaya Batak, kepala adalah anggota tubuh yang paling tinggi martabatnya. Menyentuh kepala seseorang dengan tidak disertai permintaan maaf yang sungguh-sungguh, bisa berakibat parah. Sebaliknya anggota tubuh yang paling rendah derajatnya ialah telapak kaki. Adalah penghinaan besar jika seseorang berkata kepada seseorang lain:,,Ditoru ni palak ni pathon do ho = Kau ada dibawah telapak kakiku ini”, sambil mengangkat kaki memperlihatkan telapak kakinya pada seteru. Penghinaan seperti ini hanya dilontarkan oleh seseorang yang amarahnya sudah memuncak dan sudah siap berkelahi.

Pada zaman dulu, dalam setiap pertemuan, telapak kaki selalu diusahakan tidak nampak ketika duduk bersila. Pada bangsa-bangsa Semitik tertentu di Timur Tengah, tradisi semacam ini masih tetap dijaga hingga sekarang karena memperlihatkan telapak kaki pada orang lain adalah pelanggaran etika yang berat, karena telapak kaki tetap dianggap anggota tubuh yang paling hina derajatnya.

11). Tangan kanan dan sisi kanan

Dalam budaya Tapanuli, sisi kanan dan tangan kanan berbeda tingkat kehormatannya dengan sisi kiri dan tangan kiri. Jangan sekali-kali berinteraksi dengan orang lain melalui tangan kiri jika tidak karena terpaksa. Itupun harus disertai ucapan maaf. Dalam Alkitab banyak tercatat aktivitas sisi `kanan’ yang melambangkan penghormatan atau kehormatan.

Yusuf sang perdana menteri Mesir memprotes ayahnya Yakub yang menyilangkan tangannya ketika memberkati Manasye dan Efraim (baca Kejadian 48). Rasul Paulus dalam salah satu suratnya menyiratkan hierarki anggota tubuh ini. Juga baca Pengkhotbah 10:2, Mzm 16:8,
Mat 25:33, 26:64 Mrk 14:62, Kis 7:55-56, 1Pet 3:22, dll.

12). Anak sulung

Dalam hierarki keluarga, posisi tertinggi diantara seluruh keturunan bapak/ibu ialah anak sulung. Ia selalu dikedepankan dalam memecahkan berbagai masalah, juga sebagai panutan bagi semua adik-adiknya. Jika ayah (sudah) meninggal, maka anak sulung yang sudah dewasa akan
mengganti posisi sang ayah dalam hal tanggung jawab terhadap seluruh anggota keluarga seperti yang diungkapkan dalam umpasa : Pitu batu martindi-tindi, alai sada do sitaon na dokdok. Sitaon na dokdok itu adalah si anak sulung. Tanggung jawab itulah yang membuat dia besar, memberi karisma dan wibawa. Karisma dan wibawa, itulah profil yang melekat pada anak sulung.

Alkitab ditulis dengan bahasa manusia, bangsa Israel kuno. Deskripsi tentang anak sulung pada bangsa ini sama seperti yang ada pada suku Batak yang sekarang, sehingga the term of the firstborn (istilah anak sulung) banyak terdapat dalam kitab tersebut. (baca Kel 4:22, 34:20, 13:12 dan 15, Im 27:26, Bil 3:13, 8:17, Mzm 89:28, Yer 31:9, Hos 9:20, Rom 8:23, Luk 2:27, 11:16, 1Kor 15:20 dan 23, Kol 1:15 dan 18, Ibr 1:6, Yak 1:18, dll)

13). Gender

Hingga sekarang posisi perempuan dalam hubungan dengan pencatatan silsilah selamanya tidak disertakan karena perempuan dianggap milik orang lain, menjadi paniaran ni marga yang berbeda. Hal yang sama terjadi pada bangsa Israel kuno ; bangsa ini tidak memasukkan anak perempuan dalam silsilah keluarga. Ada banyak silsilah dalam Alkitab, tetapi nama perempuan tidak terdapat didalamnya kecuali jika muncul sebagai yang sangat penting seperti Rut dan Maria (ibu Yesus). Kalaupun nama Dina disebut juga dalam Alkitab, itu bukan karena posisinya yang penting tetapi hanya sebagai pelengkap nama-nama keturunan Yakub yang kemudian menurunkan seluruh bangsa Israel. Dalam Tradisi Israel, anak perempuan tidak dihitung sebagai bangsa, tetapi anak laki-laki, red.

13). Kemenyan BATAK TOBA

Ada cerita yang sangat dipercaya oleh masyarakat Tapanuli, Sumatera Utara. Salah satu persembahan yang dibawa tiga majuz atau cendekiawan dari timur untuk bayi Yesus yang baru dilahirkan di Betlehem itu berasal dari Tanah Tapanuli. Persembahan itu berupa kemenyan, mendampingi dua persembahan lainnya, emas dan mur. Lewat cerita turun-temurun, masyarakat Tapanuli percaya kemenyan itu dibawa dari Pelabuhan Barus, yang dulu pernah menjadi pelabuhan besar, menuju Timur Tengah, hingga ke Betlehem. Cerita itu semakin bergulir mengingat sebagian besar penduduk Tapanuli beragama Kristen dan Katolik yang erat dengan cerita kelahiran Yesus Kristus.

Kebenarannya memang perlu diteliti, tetapi setidaknya dari cerita itu bisa terlihat bahwa sampai sekarang pun getah harum bernama kemenyan, yang dalam bahasa Batak disebut haminjon, itu begitu erat dengan kehidupan orang Tapanuli. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara yang juga mantan Bupati Tapanuli Utara RE Nainggolan menjelaskan, kemenyan pernah sangat menyejahterakan masyarakat Tapanuli.

Dan, getah harum itu ikut pula membesarkan namanya. “Nenek saya pedagang kemenyan,” tuturnya. Ia tahu persis, pada tahun 1936 neneknya sudah mempunyai mobil untuk mengangkut kemenyan dari Tapanuli ke Pelabuhan Sibolga. Saat itu harga satu kilogram kemenyan sama dengan satu gram emas. Standar itu dipakai terus oleh petani dan pengepul di Tapanuli: Satu kilogram kemenyan sama dengan satu gram emas. Satu kilogram kemenyan juga setara satu kaleng (16 kilogram) beras. Selain cerita tentang persembahan dari timur untuk Nabi Isa itu, tak banyak orang tahu sejarah kemenyan di Tapanuli. Kebanyakan warga menyebutkannya sebagai tanaman ajaib yang sudah ada ratusan tahun dan menghidupi masyarakat Tapanuli.

14). Pemberian Nama Bayi yang Lahir Tujuh Hari

Di dalam tradisi Parmalim - Agama Leluhur Batak Kuno, setiap anak bayi yang lahir selama tujuh hari harus di bawa ke Pancur untuk Permandian dan sekaligus pemberian nama. Permandian bayi yang sudah tujuh hari itu diserahkan ke Imam Parmalim. Setelah itu diberi nama dengan diadakannya Pesta Martutu Aek.

Memang tidak ada sunat, tetapi beberapa suku Israel seperti Bene Menashe di India dan Suku Chiang Min pun melakukan hal yang sama. Karena apa? Karena mereka sudah melalui generasi ke generasi, asimilasi, masuknya unsur-unsur lokal dan sebagainya, seperti nama-nama dewa-dewi sesembahan lokal dimana mereka tinggal. Seperti itulah, tetapi identitas keaslian mereka sebagai keturunan Israel masih kelihatan. Seperti budaya, adat, Agama -Kepercayaan Monotheisme (meskipun masuknya paham lokal setempat), dan beberapa kebiasaan yang berbeda dengan suku - suku yang lainnya.

15). Monoteisme Hamalimon – Parmalim – Ugamo Malim

Hamalimon – Parmalim – Ugamo Malim, Agama Leluhur Bangso Batak Toba Parmalim, kaum minoritas yang tegar mempertahankan nilai leluhur batak. Kata Malim berasal dari bahasa Arab yang terdapat di kitab-kitab suci; yang berarti suci dan saleh dari asal kata Muallim. Dalam bahasa Arab Muallim merujuk kepada istilah orang suci yang menjadi pembimbing dan sokoguru. Parmalim diistilah Batak berkembang ke dalam pengertian; orang-orang saleh berpakaian sorban putih. Parmalim merupakan agama monotheis asli Bangso Batak Toba. Parmalim sudah ada sejak 497 Masehi atau 1450 tahun Batak.

TUHAN menurut Hamalimon –Parmalim – Ugamo Malim

Ugamo malim menyebut Tuhan adalah Mulajadi na Bolon (Awal Mula Yang Besar, red). Mulajadi na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak bermula dan tidak berujung. Bahwa Mulajadi na Bolon atau Tuhan itu wujud atau ada. Tetapi tidak dapat dilihat. Dia tidak bermula dan tidak mempunyai ujung. Dia adalah mutlak absolut, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Agung dan tidak dapat dibandingkan. Dia dekat dan jauh dari alam ciptaannya. Dia adalah kuasa yang menghukum dan kuasa mengampuni. Kuasa kasih dan kuasa murka. Demikianlah sifat-sifat Mulajadi Na Bolon, Tuhan yang satu bersadarkan Ugamo Malim.

Dalam Injil Perjanjian Lama, menceritakan Raja Salomo dikenal dengan Nabi Sulaiman, memerintahkan rakyatnya melakukan perdagangan dan membeli rempah-rempah hingga ke Ophir. Ophir patut diduga adalah Barus di Tapanuli. Perkiraan itu punya jejak spiritual berbentuk kepercayaan monotheisme. Misalnya Ugamo Parmalim yang menjadi agama asli etnis Batak, meyakini Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Ompu Mulajadi Na Bolon (Parmalim atau Ugamo Malim, pen).

Selain itu, sekelompok penyebar ajaran Kristen Nestorian dari Persia yakni Iran, yang menjejakkan kakinya di Barus. Kelompok itu diperkirakan datang sekira tahun 600an Masehi dan mendirikan gereja pertama di Desa Pancuran, Barus.

Tambahan: Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan beliau. Emas itu didapatkan dari negeri Ophir. Kitab Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman a.s. berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardha l-lati barak-Na fiha). Di manakah gerangan letak negeri Ophir yang diberkati
Allah itu? Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu terletak di Sumatera! Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis Geographike Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang
Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ophir-nya Nabi Sulaiman a.s.

Secara “teologis” bisa dikatakan bahwa ugamo malim juga menganut paham monoteistik, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena tujuan akhir semua doa mereka tetap diarahkan kepada debata Mulajadi Nabolon (Tuhan Pencipta langit dan bumi). Ini hal yang luar biasa uniknya. Tidak ada analisis yang dapat menerangkan itu jika tidak menghubungkannya dengan faham monoteisme Yudaisme bangsa Israel kuno yang terbawa melekat hingga sekarang, tidak lekang oleh kikisan kurun waktu ribuan tahun.

Dalam melaksanakan ibadah, Parmalim melaksanakan upacara (ritual) Patik Ni Ugamo Malim untuk mengetahui kesalahan dan dosa, serta memohon ampun dari Tuhan Yang Maha Esa yang diikuti dengan bergiat melaksanakan kebaikan dan penghayatan semua aturan Ugamo Malim.

Sejak lahir hingga ajal tiba, seorang “Parmalim” wajib mengikuti 7 aturan Ugamo Malim dengan melakukan ritual (doa). Ke-7 aturan tersebut adalah :

1. Martutuaek (kelahiran)
2. Pasahat Tondi (kematian)
3. Mararisantu (peribadatan setiap hari sabtu)
4. Mardebata (peribadatan atas niat seseorang)
5. Mangan Mapaet (peribadatan memohon penghapusan dosa)
6. Sipaha Sade (peribadatan hari memperingati kelahiran Tuhan
Simarimbulubosi)
7. Sipaha Lima (peribadatan hari persembahan / kurban)

Selain ke-7 aturan wajib di atas, seorang “Parmalim” harus menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan seperti menghormati dan mencintai sesama manusia, menyantuni fakir miskin, tidak boleh berbohong, memfitnah, berzinah, mencuri, dan lain sebagainya. Diluar hal tersebut, seorang “Parmalim” juga diharamkan memakan daging babi, daging anjing dan binatang liar lainnya, serta darah. Manusia yang mematuhi dan mengikuti ajaran Tuhan dan melakukannya dalam kehidupannya, memiliki pengharapan kelak ia akan mendapat kehidupan roh suci nan kekal.-Kata bijak Ugamo Malim, Secara implisit, inilah yang menjadi ajaran suci keyakinan Ugamo Malim atau lebih dikenal dengan Parmalim di Tanah Batak sejak turun temurun, seperti yang dikatakan Raja Marnakkok Naipospos selaku Ulu Punguan (pemimpin spiritual) Parmalim terbesar di Desa Hutatinggi Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir.

Menurut beberapa pandangan ilmuwan sosial, sebenarnya Ugamo Malim layak menjadi sebuah agama resmi. Alasannya ialah dalam ajaran aliran ini juga terdapat nilai-nilai religius yang bertujuan menata pola kehidupan manusia menuju keharmonisan, baik sesama maupun kepada Pencipta.

Dan secara ilmu sosial tujuan ini mengandung nilai luhur. Bahkan, ajaran Parmalim menuntut manusia agar hidup dalam kesucian,” jelasnya kemudian menerangkan secara detail asal-muasal kata Parmalim yang berasal dari kata “malim”.

Malim berarti suci dan hidup untuk mengayomi sesama dan meluhurkan Oppu Mulajadi Nabolon atau Debata (Tuhan pencipta langit dan bumi). “Maka, Parmalim dengan demikian merupakan orang-orang mengutamakan kesucian dalam hidupnya,” jelas Marnangkok. Yang kami puja tak lain adalah Oppu Mula Jadi Na Bolon bukan”begu” (roh jahat),” katanya.

“Dan inilah yang menjadi bias negatif dari masyarakat terhadap Parmalim.” Marnangkok kemudian menjelaskan, Oppu Mula Jadi Nabolon adalah Tuhan pencipta alam semesta yang tak berwujud, sehingga Ia mengutus sewujud manusia sebagai perantaraannya (parhiteon), yakni Raja Sisingamangaraja yang juga dikenal dengan Raja Nasiak Bagi. Raja Nasiak Bagi merupakan julukan terhadap kesucian (hamalimon) serta jasa-jasanya yang hingga akhir hidupnya tetap setia mengayomi Bangsa Batak. Nasiak Bagi sendiri berarti ditakdirkan untuk hidup menderita. Ia bukan raja yang kaya raya tetapi hidup sama miskin seperti rakyatnya.

Dengan demikian, Parmalim meyakini bahwa Raja Sisingamangaraja dan utusan-utusannya mampu mengantarkan mereka (Bangsa Batak) kepada Debata. Ugamo Malim diyakini sebagian orang sudah ada sebelum ajaran Kristen dan Islam masuk ke daerah itu. Hidup dalam kepasrahan. Barangkali itu jugalah intisari dari pernyataan kata bijak Parmalim yang mengatakan: “Baen aha diakkui sude bangso on hita, ia anggo so diakkui Debata pangalahon ta.” (Tidakklah begitu berarti pengakuan semua bangsa terhadap kita, dibandingkan pengakuan Tuhan terhadap perilaku kita).

Catatan: Sisingamangaraja, adalah Singa yang merajai. Para Datu atau Tua-Tua Batak Toba, menjuluki Singa bagi Hukum dan Singa bagi para raja. Padahal Singa tidak ada di Tapanuli, yang ada hanyalah Harimau. Kalau dilihat dari makna simbolis alkitab, hanya Suku Yehuda yang dijuluki Singa Yehudah.

Seperti apa yang kemudian dijelaskan Marnangkok, Pemimpin Parmalim, ” Untuk apa pengakuan dari setiap bangsa jika Tuhan sendiri tidak mengakui perbuatan kita di dunia ini?” Nampaknya, perjuangan Ugamo Parmalim sudah berujung pada kepasrahan. Dalam kepasrahan ini tentu saja masih ada harapan. Tapi, harapan itu bukanlah berasal dari dunia, melainkan dari Oppu Mula Jadi Nabolon. Dalam harapan itu, ada pula ketaatan untuk selalu mempertahankan hidup suci.

Selanjutnya ia mengucapkan kalimat dalam bahasa Batak, “Berilah kepada kami penghiburan yang menangis ini, bawalah kami dari kegelapan dunia ini dan berilah kejernihan dalam pikiran kami.” Mereka yakin Debata hanya akan memberkati orang yang menangis. Nah, dalam kepasrahan yang berpengharapan inilah mereka hidup. Dalam keterasingan itu juga mereka menyerahkan hidupnya pada “kemaliman” (kesucian). “Parmalim adalah mereka yang menangis dan meratap,” katanya.

Dalam ritual Ugamo Parmalim sendiri, terdapat beberapa aturan dan larangan. Selain mengikuti 5 butir Patik ni Ugamo Malim (5 Titah Ugamo Malim), juga terdapat berbagai kewajiban lainnya seperti Marari Sabtu atau ibadah rutin yang diadakan setiap Sabtu. Dalam menjelang hari Sabtu, pengikut Parmalim dilarang bekerja atau melakukan kegiatan apapun. Atau melakukan ucapan syukur dilakukan umat Parmalim setiap hari Sabtu.

Marnakkok Naipospos, pemimpin Parmalim mengatakan: “Samisara itu hari ketujuh bagi orang Batak. Diidentikkan dengan hari Sabtu, supaya berlaku untuk selamanya. Karena kalau kita bertahan pada kalender Batak, yang muda ini bisa bingung. Makanya kakek kita menentukan samisara ini hari Sabtu.” Kewajiban lain di antaranya adalah Martutu Aek, yakni pemandian bayi
yang diadakan sebulan setelah kelahiran, Pasahat Tondi yaitu ritual sebulan setelah kematian, Pardebataan, Mangan na Paet dan Pangkaroan Hatutubu ni Tuhan.

Ada pun larangan yang hingga kini masih tetap dipertahankan di antaranya adalah larangan untuk memakan daging babi dan darah hewan seperti yang lazim bagi umat Kristen. Memakan daging babi atau darah dianggap tidak malim (suci) di hadapan Debata. Padahal dalam ajaran Parmalim sendiri dikatakan, jika ingin menghaturkan pujian kepada Debata, manusia terlebih dahulu harus suci. Ketika menghaturkan pelean (persembahan) kesucian juga dituntut agar Debata dan manusia dapat bersatu. Selanjutnya, Raja Sisingamangaraja memiliki keturunan hingga 12 keturunan. Itu pun secara roh.

Inilah yang kemudian menjadi acuan pada acara atau ritual-ritual besar Ugamo Parmalim yang diadakan rutin setiap Sabtu dan setiap tahunnya. Ritual-ritual besar Parmalim itu seperti Parningotan Hatutubu ni Tuhan (Sipaha Sada) dan Pameleon Bolon (Sipaha Lima), yang diadakan pertama pada bulan Maret dan yang kedua bulan Juli. Yang kedua diadakan secara besar-besaran pada acara ini para Parmalim menyembelih kurban kerbau atau lembu. “Ini merupakan tanda syukur kami kepada Debata yang telah memberikan kehidupan,” kata Marnangkok.

Catatan: Dalam Kitab Paramalim, yakni Tumbang Holing, terdapat kisah manusia pertama, Adam dan Hawa termasuk taman eden dimana hawa digoda si ular. Hal itu dalam istilah bahasa Batak Toba. Parmalim itu bisa jadi merupakan ajaran usianya sudah ribuan tahun, jauh sebelum Islam dan Kristen masuk dan mempengaruhi keyakinan etnis Batak. Demikian pula dengan simbol dan pakaian kebesaran kerajaan Batak Toba dan Parmalim, agama leluhur Bangso Batak Toba, cenderung mendekati simbol-simbol agama Samawi, misalnya, tongkat, pedang, sorban berwarna putih serta stempel kerajaan. Jika dihubungkan cerita tentang penemuan mummy Mesir yang dibalsem dengan rempah- rempah pengawet di antaranya kanfer (kapur barus) serta kisah tentang Raja (Nabi) Sulaiman/ Salomo membutuhkan rempah-rempah dari Ophir (Barus) di Tapanuli, diperkirakan jejak agama monotheisme Israel terserap dan kemudian mengakar dalam keyakinan Parmalim –Hamlimon – Ugamo Malim, agama Bangso Batak Toba.

Saya cukupkan saja dulu hingga disitu, karena terlalu letih untuk membeberkan semua, termasuk indikasi-indikasi lemah yang banyak jumlahnya. Jika data yang diatas itu saja dibawa kepada ahli statistik, yang tentu akan mempertimbangkan semua aspek-aspek lain yang terkait kedalamnya, simililaritasnya dengan tradisi bangsa Israel kuno dengan bukti autentik tertulis dalam Alkitab, informasi sejarah sekuler, tradisi Semitik yang ada hingga sekarang, serta kesamaan tradisi itu pada suku Batak setelah kurun waktu kurang lebih 3000 tahun, angka perbandingan untuk mengatakan bahwa suku Batak Toba bukan keturunan Israel mungkin 1 : 1,000,000 bahkan bisa jadi lebih.

Tulisan ini tidak bermaksud menampilkan superioritas ras, suku atau bangsa atau budaya tertentu. Jika tulisan ini menimbulkan kesan seolah-olah menonjolkan superioritas suatu budaya tertentu, hal itu semata-mata terjadi karena topik yang berfokus pada peran suatu etnis atau Bangso Batak Toba. Keberadaan unsur asing dalam kebudayaan suatu bangsa adalah sebuah kewajaran. Penyerapan unsur asing ke dalam suatu budaya lokal tidak berarti menunjukkan inferioritas kebudayaan yang menyerapnya. Sejarah justru mencatat, kebesaran suatu kebudayaan berkorelasi positif dengan banyaknya unsur asing yang diserap dan dikembangkan
oleh komunitas budaya bersangkutan. Sejarah juga mencatat interaksi suatu komunitas budaya dengan komunitas budaya lain, berjalan timbal balik, tidak pernah searah saja. Tulisan ini mestilah dipahami sebagai upaya menampilkan kemungkinan terjadinya pertukaran nilai budaya dalam rentang waktu beberapa abad antara Timur dengan Barat.

Pada jaman Raja-raja Israel dan Yehudah, telah dilakukan kontak dengan Barus, Tapanuli dengan Israel, Mesir, Persia, Cina, India, Arab, Yunani dan Pakistan yang terjadi satu milenium sebelumnya, hubungan dagang tersebut sudah berlangsung beberapa abad sebelum masehi).

Dari berbagai sumber.

Sabtu, 05 Januari 2008

Project Experience ! Tangguh LNG - West Papua




The Tangguh gas fields, situated near the Bintuni Bay region of West Papua province, were discovered by ARCO Exploration in the mid 1990s. Called 'Tangguh' after the Indonesian word for 'resilient', the reserves are estimated to be over 18.3 trillion ft³. These fields have the potential to become one of the world's premier natural gas supplies. In 1997 the Tangguh LNG project was initiated by ARCO and Pertamina to exploit these gas fields; the six fields include two super-giant gas fields (Wiriagar Deep and Vorwata) as well as several smaller adjacent fields (Roabiba, Ofaweri, Wos and Ubadari).

TANGGUH LNG PROJECT OVERVIEW

The Tangguh LNG Project involves tapping the Tangguh fields, processing the gas into LNG and loading it for shipment. The project includes plans for two unmanned offshore production platforms that will pump gas from the reservoir and then relay it through subsea pipelines to an LNG processing facility in Bintuni Bay where the village of Tanah Merah is currently located. The LNG gas liquefaction plant will initially consist of two liquefaction trains with a combined capacity of 7 million t/yr LNG. There will also be the associated jetties and marine facilities of a tanker terminal to export the gas via tanker to markets in East Asia and North America.

The land acquired for the LNG processing facility measures 3,200ha, much of which will remain an environmental 'green zone' as the initial facility will only require 800ha. The investment into the project is estimated at $3 billion. On consultation with the local community the construction of the processing plant has resulted in the relocation of the communities of Tanah Merah, a village that has been inhabited by 127 families and also Onar. The land was acquired in 1999 and involved a negotiation of resettlement agreements; specific agreements detailing BP and community agreements (including village and house design) were developed in 2002 and 2003 (the village move was scheduled for July 2004). The contractors responsible for construction of new village facilities for Tanah Merah are Panata Thiess Joint Operation and for Onar PT Firma Irian Djaya.

PERSONNEL

When fully operational, the project will require an estimated 500 personnel for on-shore and offshore activities, many of whom are currently undergoing training. Papuan engineers have been recruited since 2000 and are now in training at various petroleum facilities to prepare them for their roles on the Tangguh Project. The initial pool intake consisted of 29 individuals. In different batches they are currently gaining experience in BP's Java operations, and undergoing training at the Oil and Gas centre at CEPU and in other areas.

PRODUCTION SHARING CONTRACTS (PSC)

BP is the operator of the Tangguh Project as a PSC contractor to the Indonesian oil and gas regulatory body, BPMIGAS (Pertamina was also involved). In April 2003, the authority to operate the LNG plant was handed over from Pertamina to BP in line with Pertamina's change from regulator to a stand-alone company. The gas fields are covered by three separate PSCs. The Muturi, Berau and Wiriagar fields are each shared by different partner shareholders in the Tangguh Project as of May 2004: BP - 37.16%; MI Berau BV (held by Mitsubishi Corporation )

Tarutung ! Kota yang Indah di utara Sipirok - Kaitan Sejarah!







Abstraksi Kehidupan
DARI NORDSTARD – JERMAN KE SIGUMPAR –TOBA SAMOSIR (TANAH BATAK)
Napak Tilas Perjalanan Dr. I. L. Nommensen di Tanah Batak
Dinas Pariwisata Kabupaten Toba Samosir

Ketika Pdt. Munson dan Pdt. Lyman; missionar Bangsa Amerika dibunuh di Sisangkak Lobupining (jalan antara Tarutung – Sibolga) oleh Raja Panggalamei pada tahun 1834, pada tahun itu juga tepatnya tanggal 06 Pebruari lahir seorang bayi di Pulau kecil Marsch Nordstand, di pantai utara Jerman berbatasan dengan Wilayah Denmark. Ayahnya Peter Nommensen dan ibunya Anna memberi nama “Ingwer Ludwig” yang artinya ”Tumpuan Harapan”. I.L. Nommensen adalah anak pertama dan satu-satunya laki-laki diantara 4 orang bersaudara. Ia lahir dari keluarga yang sangat miskin. Ibunya Anna dan ayahnya Peter, sering sakit-sakitan, yang selalu duduk di rumahnya memintal tali untuk bahan kaus atau menambal pakaian.

Pada masa kanak-kanak, Ingwer Ludwig Nommensen, sudah rajin membantu orangtuanya; menggembalakan ternak, dan hampir seluruh biri-biri di desanya sudah digembalakannya, hanya untuk mengharapkan gaji, demi untuk membantu dan menghidupi keluarga yang sangat miskin. Namun demikian dia juga sangat rajin ke sekolah, yang walaupun masa sekolahnya hanya pergi ke sekolah pada musim winter/dingin (bulan Nopember – April), atau pada saat hewan-hewan yang sudah digembalakannya sudah masuk kandang. Di sekolah ia sangat simpatik pada gurunya Tuan Callisen, sosok guru yang berperan memotivasinya untuk menjadi seorang missionar kelak. Sang Guru sering bercerita tentang seorang missionar yang berjuang untuk membebaskan bangsa dari keterbelakangan, perbudakan dan paham animisme (penyembahan berhala).

Pada usia 12 tahun tepatnya tahun 1846, Nommensen mengalami kecelakaan yang membuatnya tidak dapat berjalan selama satu tahun. Dia lumpuh tidak dapat berjalan karena kakinya bernanah terus dan nampak seperti busuk; sehingga dokter berkata : ”Kalau mau hidup kakinya harus dipotong”. Nommensen tidak bersedia. Menjelang Natal tahun 1847, Nommensen yang selalu membaca Alkitab, merenung dan membaca ayat Alkitab Joh. 14 : 14 ” Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya.” Dia sangat gembira setelah membaca ayat itu, Ia yakin akan hal itu; sehingga Nommensen semakin menguatkan janjinya/nazarnya bahwa, seluruh hidupnya akan diberikan untuk Tuhan bila sakitnya sembuh. Tak lama kemudian seorang dokter datang ke rumahnya, dan memberikan obat kepadanya. ”Ajaib Benar” , hanya beberapa hari saja sudah tampak perubahan pada kakinya, akhirnya Nommensen dapat berjalan kembali. ”Sungguh besar mujizat, Tuhan !!!”.

Tanggal 02 Mei 1848, ketika Nommensen berusia 14 Tahun, ayahnya Peter Nommensen meninggal dunia. Diusianya 15 tahun tepat Minggu Palmarum tahun 1849, Nommensen naik sidi. Nats yang diterimanya adalah ; ”Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi ? Perkataan Mu adalah perbuatan hidup yang kekal ” (Joh 6 : 68). Nats sidi tersebut tetap direnungi dan diwujudkannya dalam hidupnya, untuk berserah kepada Tuhan saja. Setelah dia Naik Sidi, kedewasaan bagi dirinya semakin nampak, khususnya karena dorongan keluarga dan yang harus menggantikan posisi ayahnya, untuk bertanggung jawab menghidupi keluarganya.

Disamping sebagai penggembala domba dan lembu, juga menjadi pekerja rel kereta api di kota kecil Hunsum dan Rendsburg, serta memperbaiki parit pengaman pulau yang rusak karena terpaan ombak di kampung halamannya. Dia sempat menjadi guru pembantu (penolong) di Risum, di rumah keluarga Nahsen, dan tahun 1854 Nommensen dipanggil untuk menjadi guru di Gotteskoog, untuk mengajari 19 orang anak petani kaya. Di Risum Nommensen layaknya seperti anak jalang (pengemis), karena ia berkelana dengan pakaiannya, yang lusuh dan dibungkus dalam sarung bantal dan berterompa (selop kayu). Pendeta dari Nibul yang mengaguminya, menghubungi inspektur Wallman di Barmen, melalui bantuan Ephorus Versman agar Nommensen bisa diterima disana. Semakin terbukalah jalan bagi Nommensen untuk memenuhi janjinya pada Tuhan untuk menjadi missionar.

Pada bulan Agustus tahun 1857, Nommensen diterima di Missionhaus yaitu Sekolah Pendeta asuhan RMG di Wuppertal, Barmen yang sering disebut kongsi Barmen. Di sini dia dipersiapkan menjadi seorang pendeta yang missionar. Selama Sekolah Pendeta Nommensen menunjukkan sikap seorang yang sangat rendah hati, ramah kepada teman-temannya. Dia ditahbiskan menjadi Pendeta di Barmen pada tanggal 13 Oktober 1861, hampir bersamaan dengan berdirinya HKBP di Parausorat, Sipirok pada tanggal 07 Oktober 1861, oleh Heine, Klammer, Betz dan Van Asselt. Selanjutnya Mission Barmen langsung mengirim Nommensen menjadi missionaries di Tanah Batak.

Pada tanggal 24 Desember 1861, dengan menumpang kapal “Pertinar” Nommensen berlayar menuju Padang Sumatera Barat melalui Nivwendiep. Perjalanan selama 142 hari (+ 5 bulan). Nommensen berlayar bersama Nona Dina Malga (Calon istri Pdt. Van Asselt). Mereka tiba di Padang 16 Mei 1862 selanjutnya tanggal 16 Juni 1862 tiba di Sibolga yang dilanjutkan ke Barus sampai tanggal 25 Juni 1862.

Di Barus dia memulai pekerjaannya dan setelah tinggal lebih kurang 6 bulan dia berangkat ke Sibolga, karena Resident Tapanuli tidak memberi izin untuk berdiam lebih lama di Barus. Maka pada tanggal 30 Nopember meninggalkan Barus menuju Sibolga dan selanjutnya, Nommensen dengan rombongannya pergi ke pedalaman menaiki gunung masuk hutan menuju Tukka dan Rambe. Disana dia mendirikan “gereja”. Nommensen ditemani orang Barus yang sudah sering berjumpa dengan Raja dari pedalaman. Di tengah perjalanan yang sangat melelahkan, mereka sampai di Desa Sijungkang dan bermalam di sana. Di perjalanan, Nommensen sempat melihat setumpuk rambut perempuan yang masih berdarah, tergantung di atas kayu tetapi tubuhnya entah kemana, dia sangat ngeri, tapi kengeriannya tidak diperlihatkan kepada temannya. Perjalanan I.L. Nommensen selanjutnya, adalah meneruskan pelayanan ke daerah Tapanuli Selatan persisnya ke Parau Sorat, Bunga Bondar dan Sipirok.

Dalam perjalanannya dari Barus ke Sibolga, dan dari Sibolga ke Sipirok, Nommensen juga mengunjungi Pdt. Heine ke Sigompulon Pahae dan Pdt. Van Asselt di Sarulla, kemudian pada tanggal 30 Desember 1862 bertemu dengan Pdt. Klammer di Sipirok. Pdt Klammer yang bekerja sebagai pengasuh sekolah pemerintah. Dari sana ia meneruskan perjalanannya ke Bungabondar, ke tempat Tuan Betz orang Belanda yang diutus Witteveen dari Ermelo. Oleh karena di daerah Silindung masih berkecamuk permusuhan, maka Nommensen ditugaskan melayani di Parausorat, dan di sana ia mendirikan sekolah untuk anak-anak, dan mengunjungi orang sakit. Setelah pada waktu rapat pendeta bulan Oktober 1863, terdengar kabar bahwa daerah Silindung sudah tenang dari permusuhan, maka pada tanggal 7 Nopember 1863 ia berangkat dari Bungabondar Sipirok, ke daerah Silindung untuk membuka perjalanan baru. Ditengah perjalanan menyelusuri hutan belantara, diantara hiruk pikuknya suara binatang buas, Nommensen tetap tegar. Mereka dijamu dirumah Ompu Gumara di kampung Banjarnahor. Pagi hari berikutnya berjalan melalui Simangambat, Pangaribuan, Sigotom dan Onan Sipinggan. Sekitar pukul 13.00 mereka sampai di Sigompulon. Tidak lama kemudian mereka sampai di atas Bukit Siatas Barita dekat Lumban Baringin, Sitompul dan Pansurnapitu. Dari tempat itu Nommensen jelas melihat lembah Silindung yang indah, padat penduduk tetapi masih menganut Animisme. Mereka beristirahat sekitar satu jam, dan dari tempat itu Nommensen memanjatkan doanya “Tuhan inilah tempat yang kuimpikan, biarlah saya mempersembahkan hidupku buat mereka, agar mereka menjadi milikMu yang abadi dan hidup atau mati aku tinggal ditengah-tengah bangsa ini, berdiam memberitakan firmanMu”. Dalam pendengarannya, seakan ada suara lonceng gereja saling menyahut, suara anak-anak bermain di halaman sekolah, dia seakan melihat orang-orang Batak sudah berpakaian bagus, masuk ke gereja yang banyak berdiri di Tanah Batak. Ditempat Nommensen berdoa, pada saat ini telah berdiri sebuah Salib Besar yang di bernama Salib Kasih.

Sesampainya di Silindung, banyak orang mengelilingi Nommensen, mereka bertanya apa maksud kedatangan Nommensen dan mereka heran melihat tampang manusia yang bermata biru (sibontar mata). Nommensen menjawab mereka ; “Aku datang untuk kalian, ingin hidup bersama – sama kalian, aku membawa kabar baik, aku ingin mengajari kalian berhitung dan menulis agar kalian pandai, aku membawa obat kepada kalian kalau kalian sakit.” Ada yang menyelutuk; “Di ho ma magom, naeng paoto-otoonmu hami? Mulak ma ho, ndang adong gunam. Matam songon matani hambing bontar mata!”. Nommensen menjawab mereka dengan lemah lembut, dia tidak takut walaupun dia hanya ditemani oleh beberapa orang pembantunya, Si Punrau dan Si Jamalayu dan orang lainnya. Nommensen meyakinkan bahwa dia akan mengajari orang tanpa ada paksaan. Ada seorang anak kecil yang bijak berumur 11 tahun, dia berkata kepada Nommensen; “Saonari didok lomomuna, muse dohononna ma lomonami”.

Penduduk tidak menerima Nommensen, berbeda dengan pengalaman Van Asselt dan Heine delapan bulan sebelumnya. Bahkan penduduk mengancam akan membunuh Nommensen bila dia tidak mau pergi. Namun berkat kepandaian berbahasa Batak untuk berkomunikasi dengan penduduk di Tanah Batak, juga dibantu oleh orang Batak yang sudah berpengalaman di luar tanah Batak yang membawa Nommensen ke jantung tanah Batak. Nommensen semakin yakin atas kemampuannya menyebarkan injil dan kedamaian. Beberapa Pemuda tertarik karena penampilannya, pandai bermain harmonika dan mengobati orang sakit. Akhirnya Nommensen diperbolehkan tinggal bersama mereka disana.

Pada tanggal 7 Oktober 1863 Nommensen berangkat dari Angkola ke Silindung melalui Simangambat, Liang, Banjarnahor, Sitarindak, Lumbansiagian, Hutagalung ke Desa (huta) Ompu Sumuntul dan tinggal di Sopo ni Raja Ompu Tunggul (Huta Bagasan) selama satu minggu. Ia memberitahukan rencananya datang untuk mengabarkan Injil. Kemudian ia meminta tanah untuk mendirikan sebuah rumah. Raja Ompu Tunggul berjanji akan memberikan kalau Nommensen dapat membawa barang-barangnya. Tanggal 19 Nopember 1963 Nommensen kembali ke Bungabondar untuk mengambil barang-barangnya, ia melalui Banuarea terus ke Nagatimbul, kampung Toga Suara. Kemudian ia kembali ke Silindung Mei 1864 dan membawa barang-barangnya tetapi ketika sampai ke Hutaga Bagasan, dan ketika ia kembali ingin masuk ke Sopo yang diberikan Raja Ompu Tunggul ternyata tidak diizinkan oleh Raja Ompu Tunggul. Lalu Raja Ompu Tunggul menyuruh Nommensen untuk mencari sopo yang lain karena soponya akan diapakai sebagai tempat menyimpan padi karena kebetulan lagi panen.

Itu hanya alasan, sebenarnya karena sudah ada kesepakatan Raja-raja Silindung tidak akan menerima ”Sibontar mata” karena mereka kuatir adalah suruhan Kompeni. Lalu Nommensen merasa kesal dan kecewa membawa kopernya lalu duduk-duduk di bawah pohon Besar (hariara) di Onansitahuru. Tetapi datanglah seorang laki-laki (Pajingkal Silalahi) dan mereka bercakap-cakap, lalu Pajingkal memberitahukan kepada Nommensen bahwa di sini juga ada lagi seorang Raja yaitu Raja Aman Dari (Pinompar ni Ompu Sumurung Lumbantobing) dan ia sedang pergi ke Harean ke rumah mertuanya karena istrinya sakit keras. Nommensen mengatakan kepada Panjingkal bahwa penyakit isteri Raja Aman akan sembuh, pesan ini supaya disampaikan dan ternyata benar besoknya isteri Raja Aman Dari sembuh. Raja Aman Dari bersuka cita lalu memberitahukan kepada Panjingkal jika Nommensen tidak diijinkan di Sopo Ompu Tunggul maka biarlah ia tinggal disoponya. Dengan sukacita Raja Aman Dari memberikan soponya untuk tempat tinggal Nommensen yang berada di Hutabolon. Tidak hanya itu Raja Aman Dari membuat perjanjian dengan Nommensen bahwa mereka akan sehidup semati (”Sisada hangoluan, sisada hamatean”). Untuk memperkuat perjanjian ini dan karena Raja Aman Dari kuatir akan keputusan ini akhirnya Rajam Aman Dari meminta kesediaan Raja Ompu Bungbung dari Parbubu dan Raja Ompu Sinangga dari Hutagalung Inaina untuk mendukung sikapnya yang telah menerima Nommensen. Mereka bertiga sepakat untuk menerima Nommensen dan juga mereka bertiga bertekat juga sehidup semati dengan Nommensen dan lalu Raja Aman Dari memberikan tanah untuk tempat rumah Nommensen didirikan yang didukung oleh kedua Raja tersebut. Akhirnya diberikanlah tanah yang berpasir di tepi Sungai Sigeaon, dan dimintakan supaya Nommensen mendirikan rumahnya di situ. Tanah itu diratakan pada tanggal 29 Mei 1864 dan sejak itu awalnya dihitung berdirinya Huta Dame. (Berdasarkan tanggal inilah Jemaat Gereja Dame HKBP dan Jemaat Gereja Dame GKPI di Saitnihuta selalu merayakan Ulang Tahun Kekristenan setiap tahunnya. Jubeleum 90 tahun Kekristenan di Saitnihuta telah dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1954, dan Jubeleum 100 tahun telah dilaksanakan 29 Mei 1964. Dan sebagai tanda untuk mengenang berdirinya Huta Dame, sekarang ini telah didirikan tugu yang terletak di Huta Dame I, Saitnihuta). Setelah tanah itu diratakan dibelilah rumah Ompu Balga dari sebelah Timur Pearaja, dan kayu papannyalah digunakan sebagai bahan untuk mendirikan rumah Nommensen ini. Menunggu rumah Nommensen dibangun, maka ia tetap tinggal sampai tiga minggu lagi di Hutabolon. Dari situlah dia manopoti huta, menjenguk orang yang sakit, berkhotbah dan berbaur dengan masyarakat. Setelah rumah itu selesai maka pindahlah Nommensen dari Hutabolon ke rumah yang baru ini namun ditempati hanya beberapa lama karena tidak lama kemudian terjadilah gempa di tahun 1860 yang mengakibatkan rumah itu rubuh. Tetapi atas usulan Nommensen dikumpulkanlah Raja-raja, antara lain : Raja Bagot Sinta, Raja Baginda Mulana, Raja Illa Muda dan Raja Rangketua (semuanya ini raja yang diangkat Raja Sisingamangaraja). Nommensen membaca izin Gubernur Padang dan dari Gubernur General yang menyatakan bahwa ia bisa tinggal di Silindung. Dalam rapat ini didukunglah keputusan Raja Aman Dari, Raja Ompu Bungbung dan Raja Ompu Sinangga yang telah memberikan tanah kepadanya, lalu kemudian diberikanlah tanah (tardingkan toruan) yang kondisinya juga tanah berpasir bekas jalan sungai Sigeaon. Rumah ini didirikan tanggal 12 Juni 1864, kemudian dibuat parik sekitarnya dan dibuatlah jaraknya supaya Gereja dan Sekolah bisa muat. Fungsi parik itu adalah untuk menjaga terpaan sungai Sigeaon apabila meluap atau lewat. Inilah yang disebut sekarang Huta Dame II atau Huta Godung pada saat ini.

Ketika Nommensen sakit keras, maka dia dibawa berobat tanggal 6 Juni 1871, ke Padang Sidempuan. Untuk pemulihan kesehatan, maka dia dibawa ke Sipirok hingga bulan Maret 1872. Selama beliau berobat, Huta Dame yang didirikannya di dalamnya Gereja Dame dan Sekolah sudah dirusak dan dihanyutkan oleh Sungai Sigeaon yang meluap. Lalu setelah Nommensen pulang dari Sipirok, ia melihat betapa Huta Dame (Pargodungan) sudah luluh lantak. Maka Nommensen berpikir, ada baiknya membangun pargodungan ke tempat/tanah yang tinggi. Karena persahabatannya yang baik dengan Raja Pontas, maka Raja itu membantu Nommensen untuk mencarikan pertapakan. Lalu atas kebaikan Raja Pontas (Raja Obaja) dan Raja O. Ginjang (Raja Soleman), diberikanlah tanah yang cukup luas, untuk mendirikan gereja di tempat yang lebih tinggi. Itulah bukit Pearaja, dan disinilah didirikan sebuah Gereja yang besar, yaitu HKBP Pearaja yang dimasuki (diompoi) tanggal 10 September 1872. Dan dikomplek Gereja inilah, sekarang berdiri Kantor Pusat HKBP.

Dalam kurun waktu 6 bulan pertama, Nommensen di Silindung, dia sudah beberapa kali mau dibunuh, salah satunya oleh pembantunya sendiri, Punrau. Mau dipengaruhi orang yang tinggal di Silindung, memberikan racun kepada Nommensen yang diaduk dalam bubur. Nommensen selamat dari cobaan yang mati adalah anjing piaraannya. Akhirnya Punrau diusir dan meninggalkan pekerjaannya. Cobaan lain datang dari Raja Panalungkup (seorang dukun) sengaja datang ke rumah Nommensen untuk membunuh dengan cara mencampurkan racun ke dalam makanannya, namun racun yang diberinya, menjadi obat bagi Nommensen, selanjutnya mereka menjadi sahabat. Akhirnya dia dibabtis dengan nama Nikodemus.

Pernah suatu ketika, ada diantara penduduk berkata kepada Nommensen “Pembicaraanmu enak kedengarannya, tetapi hatimu mungkin berlainan dengan perkataanmu. Kemungkinan engkau adalah suruhan kompeni, untuk menyelidiki daerah kami. Anak Pohan akan datang memenggal kepalamu.” Tetapi Nommensen menjawab, “Hal itu tidak mungkin kamu lakukan, seutas rambut pun tidak dapat diambil tanpa diizinkan Allah.

Raja Pontas datang membuat perumpamaan kepada Tuan Nommensen, dan mengatakan “Apabila sebutir padi dilemparkan ke halaman, apakah ayam tidak akan mematuknya?”. Nommensen menjawab “Betul, tetapi apabila ayam itu diusir oleh orang yang melemparkan padi itu, maka padi yang sebutir itu tidak akan dipatuk oleh ayam tersebut”. Walaupun demikian, Nommensen ditolak oleh masyarakat. Saya akan mendirikan rumahku disini, kata Nommensen. Mereka berkata “ Kami akan membakarnya ”. Nommensen berkata lagi “ Saya akan mendirikan kembali.” Tetapi, diantara Raja-raja ada yang menyenangi Nommensen, dan mengajari Nommensen memberikan jawaban kepada orang-orang itu.

Pada Bulan September 1964, oleh Raja-raja Silindung, berembuk membuat suatu pesta besar, untuk Mamele Sombaon Siatas Barita, yang akan dikurbankan Si Bottar Mata, yaitu Nommensen. Dari temannya, Nommensen tahu bahwa dialah yang akan dibunuh, sebagai kurban persembahan dimaksud. Nommensen merasa ngeri membayangkan bila masih ada manusia yang sampai hati memberikan manusia sebagai sesajen kepada setan. Nommensen berdoa, dia tidak takut, dia yakin akan pertolongan Tuhan, dia yakin bahwa ajalnya belum tiba, dia tahu masih terlalu sedikit yang dituai.

Nommensen memutuskan akan datang ke pesta tersebut, dia tidak lari, itu tak mungkin, kemana dia mau lari? Setelah berdoa dan berfikir sedemikian lama, Nommensen menulis surat yang diberikannya kepada Raja-raja Silindung, yang berkumpul di Onan Sitahuru. Isi suratnya adalah, bahwa pada pesta besar nanti tidak boleh ada yang membawa senjata seperti biasa. Tidak boleh bermusuhan sesama raja. Acara diteruskan seperti biasa dengan mempersembahkan kerbau dan kuda tanpa mempersembahkan manusia yang menjadi, sesajen kepada Ompu.

Tepat pada Tanggal 23 September 1864, adalah hari yang ditentukan sebagai pesta pemujaan. Penduduk menunggu dengan cemas. Lebih dari seribu orang berkumpul di Onan Sitahuru, banyak diantara mereka memegang senjata. Nommensen mendatangi kerumunan tersebut dengan tenang dan berwibawa. Sesuai bunyi Surat yang diberikan kepada Raja-raja, Nommensen dan Pembantunya mengumpulkan semua senjata, entah mengapa semua menurut.

Disekitar tempat pemujaan ada seekor kerbau yang dihias dan diikat, yang dituntun oleh seseorang yang berpakaian khusus mengelilingi Borotan Kayu 7 kali. Namun beberapa pengunjung bersorak-sorai bunuh “ Si Bontar Mata ”. Mereka menganggap kerbau hanya berupa symbol, padahal yang sebenarnya Nommensen yang harus dibunuh. Tetapi Allah melindungi dan melepaskannya, dengan datangnya hujan petir, dan halilintar pada waktu diadakannya pesta berhala itu, yang seharusnya terjadi permusuhan dan Nommensen akan mati. Akan tetapi semua hal yang buruk itu tersingkir dan itulah sebabnya Nommensen membuat nama tempat itu “ Huta Dame”.

Buah pertama pekerjaan Nommensen di Silindung adalah, dibabtisnya 4 pasang suami isteri serta 5 orang anak-anak; menjadi Kristen, pada tanggal 27 Agustus 1865. Selanjutnya, Acara pembabtisan dilakukan untuk 20 hingga 50 orang dalam suatu acara ibadah. Diantaranya Jamalayu (pembantu Nommensen yang dibawa dari Sipirok), yang diberi nama Yohannes dan istrinya Katharina. Setelah 2 tahun memulai misinya di Silindung, sudah ada 220 orang yang dibabtis, termasuk Raja Pontas Lumban Tobing dengan nama baru Obaja pada tahun 1867. Tiga tahun kemudian, perkembangan agama Kristen di Silindung jauh lebih pesat, meskipun para pengikut Nommensen ini, dibenci oleh para pelbegu karena orang-orang Kristen ini, tidak mau lagi memuja Leluhur/ Setan seperti biasanya.

Di sela-sela kesibukannya sehari-hari, Nommensen merasa sangat capek dan merasa perlu bantuan. Suatu ketika dia mengirim surat ke Barmen, untuk meminta bantuan, serta kekasihnya. Akhirnya Kongsi Barmen mengirim Pdt. Peter Heinrich Johansen beserta kekasihnya Karoline Margareth. Tanggal 12 Januari 1866, Pdt. P.H Johansen dan Karoline tiba di Sibolga dengan kapal “Excelsionn”. Dan pada tanggal 16 Maret 1866, Nommensen menikahi Karoline di Sibolga. Sekembalinya dari Sibolga Nommensen dan Johansen sepakat membangun tempat baru untuk Johansen. Penduduk di Pansur Napitu memberikan tanah di sekitar Sombaon Aek Namulbas, yang dianggap angker, untuk tempat tinggal. Nommensen, beserta 30 orang temannya datang dari Saitnihuta untuk membantu Pdt. Johansen membangun rumahnya. Akhirnya rumah Johansen selesai dan pargodungan di Pansurnapitu ini dinamai “Zoar”.

Pada tahun 1867, Nommensen selesai menterjemahkan Alkitab Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Batak Toba. Dan pada tahun itu telah lebih dari 7000 orang di babtis di Silindung menjadi Kristen.

Setelah Nommensen dan Johansen, Barmen mengirim Pdt. Mohri tahun 1870 dan tinggal di Sipoholon. Tahun 1874 datang lagi Pdt. Simoenent dan ditempatkan di Simorangkir. Kemudian dikirim Nona Hester Needham Tahun 1889 dan merupakan bibelvrouw pertama di Silindung yang dibantu oleh Nona Thora.

Tahun 1873, Nommensen mempunyai ide Wanderschule (Sekolah Keliling/ Sikola Mardalan-dalan) yang gurunya Nommensen di Pearaja Tarutung, Johansen di Pansur Napitu dan Mohri di Sipoholon. Empat tahun lamanya Sikola mardalan-dalan berlangsung, sampai berdirinya Seminarium (Sekolah Guru) Tahun 1877 di Pansur Napitu yang dipimpin oleh Johansen. Tahun 1884 Seminarium ini dilengkapi dengan Sekolah Pendeta pertama di Tanah Batak.

Tahun 1880, Nommensen beserta istri dan anak-anaknya pergi berlibur ke Jerman, dan Tahun 1881 Nommensen pulang sendirian ke Pearaja karena istrinya kurang sehat dan anak-anaknya ingin bersekolah di Jerman. Pada Tahun 1881, Nommensen ditetapkan oleh Barmen menjadi Ephorus pertama HKBP yang digelari “OMPUI EPHORUS”.

Setelah Nommensen yakin, bahwa kekristenan di Silindung sudah mulai mapan, maka dia ingin pindah ke daerah Toba. Nommensen menyerahkan tugasnya di Pearaja kepada Pdt. Metzler. Sudah sejak lama Nommensen merencanakan pengembangan misinya, ke daerah Toba, yang terkenal dengan keindahan alamnya dan danaunya.

Pada tahun 1876, missionaries Johansen, Heine dan Mohri, sudah pernah berkunjung ke Toba. Mereka nyaris terbunuh oleh penduduk setempat yang masih pelbegu, namun Tuhan melindungi mereka. Pada tahun yang sama, Nommensen mengajak temannya P.H. Johansen dari Pansurnapitu , untuk mengadakan kunjungan ke Toba diantar oleh Raja Pontas. Selama dalam perjalanan, mereka bermalam satu malam di Sianjur, kemudian besoknya melanjutkan perjalanan ke Balige. Sesampainya di Balige mereka disambut baik oleh Kepala Kampung Balige, dan mengajak mereka tinggal di Toba.

Nommensen melihat, bahwa misi zending mereka, pasti berhasil di daerah Toba. Sebagaimana pengalaman sebelumnya, Nommensen sudah mengerti cara mendekati pelbegu. Mereka berdua dikerumuni orang banyak dengan segala sikap yang kurang bersahabat, tapi missionar unggulan ini tidak pernah takut. Banyak orang yang meminta obat dan banyak juga yang mencemoohkannya. Tidak beberapa lama mereka tinggal di Toba, mereka kembali lagi ke Pearaja Tarutung, sebab di Balige terjadi perang antara pasukan Sisingamangaraja XII dengan pasukan penjajah Belanda.

Pada tahun 1881 dua orang missionar pertama yang dikirim ke Toba adalah Pdt. Pillgram dan Kassel, atas permintaan Raja Ompu Batu Tahan Siahaan di Balige. Selanjutnya Raja Ompu Batutahan Siahaan sangat berperan dalam perkembangan ke-Kristenan di daerah Toba. Pada tahun 1884, diadakan rapat tahunan yang dihadiri 16 orang missionar, dengan 600 peserta lainnya yaitu, Guru, Raja-raja dan Penatua. Dua tahun kemudian didirikan tempat (pusat) missionar kedua di Toba yaitu di Laguboti, yang dipimpin oleh Pdt. Bonn. Pada tahun 1886 Nommensen kembali datang ke Laguboti dan Sigumpar. Ia menggantikan Pendeta Bonn yang pindah ke Pangaloan. Di Sigumpar, sebuah desa di pinggiran Danau Toba terjadi perkara tanah antar penduduk. Kepada kedua belah pihak, Nommensen meminta supaya tanah itu lebih baik diberi kepadanya. Ternyata kedua belah pihak yang berperkara setuju menyerahkan tanah itu kepada Nommensen. Nommensen berhasil memberitakan Injil kepada penduduk Sigumpar. Dan bersama dengan penduduk ia mendirikan rumahnya di atas tanah pemberian penduduk, kemudian mendirikan gereja, sekolah dan balai pengobatan. Sigumpar kemudian menjadi basis penyebaran Injil di daerah Toba bahkan Pulau Samosir dan Simalungun. Dalam usaha penyebaran Injil di daerah Toba, Nommensen dibantu oleh beberapa orang Missionaris seperti Pendeta Steinsik di Laguboti, Pendeta Fohlig di Siantar – Narumonda, Pendeta Jung di Parsambilan, Pendeta Kristiansen di Parparean, Pendeta F. Brinkschonidt di Sitorang, Pendeta Qwentmeier di Lumban Pinasa, Pendeta Betz di Lumban Lobu. Dan juga dibantu oleh Pendeta Batak yang sudah tamat dari sekolah Pendeta di Pansurnapitu.

Di sela-sela kesibukannya, mengabarkan Injil di Toba, Nommensen mendapat kabar, bahwa istrinya Karoline meninggal dunia di Jerman. Berita ini dia ketahui, sebulan setelah istrinya meninggal. Alangkah pedihnya perasaannya, si istri yang dikasihinya, pergi tanpa meninggalkan pesan.

Tahun 1892, Nommensen dan Johansen yang juga sudah menduda, pergi ke Jerman untuk berlibur, menjenguk anak-anaknya, dan mencari pasangan baru. Nommensen menikahi anak Tuan Harder, yang bernama Christine, dan Johansen menikahi Dora, anak Tuan Heinrich.

Tidak lama mereka berkeluarga, istri kedua Nommensen, meninggal dunia pada Tahun 1909. Setelah melahirkan tiga orang anaknya. Dia dimakamkan di Sigumpar.

Setelah penginjilan dianggap sukses di daerah Toba, maka penginjilan dilanjutkan ke Pulau Samosir. Dari Sigumpar mereka naik perahu (Solu) mengarungi Danau Toba tahun 1893 Pendeta J. Warneck sampai di Nainggolan, tahun 1898 Pendeta Fiise di Palipi, tahun 1911 Pendeta Lotz di Pangururan, tahun 1914 Pendeta Bregenstroth di Ambarita. Nommensen melihat alangkah baiknya kalau Injil diteruskan ke Simalungun. Maka Nommensen mengusulkan kepada RMG supaya mereka diberi izin mengembangkan pelayanan ke Simalungun.

Setelah mendapat restu maka pada tanggal 16 Maret 1903 berangkatlah Pendeta Simon, Pendeta Guillaume dan Pendeta Meisel, mereka berangkat dari Sigumpar menuju Tiga Langgiung, Purba, Sibuhar-buhar, Sirongit, Bangun Purba, Tanjung Morawa, Medan, Delitua, Sibolangit, Bukum. Kemudian dalam perjalanan berikutnya mereka bersama Nommensen berjalan melalui Purba, Raya, Pane, Dolok Saribu dan Onan Runggu, mereka menyebarkan Injil sampai ke pedalaman Simalungun.

Setelah sekian lama mengabarkan Injil ke pedalaman Simalungun, Nommensen kembali ke Sigumpar Toba. Dia menyerahkan tugas penginjilan kepada rekan-rekannya.

Nommensen merenung dan bangga melihat benih yang ditaburkannya, sudah berbuah dan siap dipanen. Dia berdoa kepada Tuhan, kiranya apa yang dia taburkan semakin dapat mengikis paradigma hasipelebeguon menjadi hakristenon, mengubah sikap kesombongan menjadi rendah hati, sikap kekerasan menjadi kelemah lembutan.

Pada hari Sabtu tanggal 18 Mei 1918, Nommensen diantar oleh anaknya, Jonathan dari Sigumpar ke Balige hendak ke Pangururan, untuk mengikuti pesta Zending pertama di Dolok Pusuk Buhit. Pada saat Jonathan mengantar ayahnya Nommensen ke Balige, di dalam perjalanan, Nommensen mengharapkan agar Jonathan mengikuti jejaknya. Pada kemudian hari Jonathan akhirnya menjadi Pendeta. Sehari sebelum Pesta Zending tersebut, Nommensen telah sampai di Pangururan dan rombongannya disambut oleh Tuan van Der Meuler Kontreleur di Samosir, bersama Pdt. Eigenbroad dan Demang Henoch Lumban Tobing bersama masyarakat Pangururan. Pada pesta zending di Pangururan, akhirnya kurang meriah karena malam harinya Nommensen jatuh sakit, sehingga Pdt. Eigenbroad dan O. Van Eigen yang juga dinantikan oleh masyarakat, tidak dapat hadir kerena merawat Nommensen.

Keesokan harinya setelah Dr. Winkler dipanggil dari Pearaja Tarutung, bersama anaknya dari Sigumpar, kesehatannya sudah mulai pulih dan dapat kembali ke Sigumpar. Sampai dengan 22 Mei Jam 18.00 kedaan kesehatannya sudah semakin membaik, akan tetapi pada Jam 19.00 penyakitnya kambuh lagi.

Pada Hari Kamis Tanggal 23 Mei 1918 pada umur 84 Tahun 3 Bulan 17 hari, Ompu i Nommensen menghembuskan nafasnya yang terakhir pada pukul 06.00 pagi di saat Lonceng Gereja Sigumpar berbunyi untuk mengingatkan orang berdoa sebelum memulai kegiatan mereka. Dia menutup mata untuk selamanya setelah berDoa “ Bapa kedalam tangan Mu kuserahkan rohku, Kau telah membebaskan aku. Amin ”. Pada jumat sore, 24 Mei 1918, Ompui Nommensen dikubur di Sigumpar dan puluhan ribu orang datang untuk mengucapkan salam perpisahan. ”Dia telah lama pergi, namun kita tetap merasakan yang telah dibuatnya dan patut mengenangnya. Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan Firman Allah kepadamu. Perhatikanlan akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka (Ibrani 13:7)